ZONA PERANG(zonaperang.com) Ada satu peristiwa yang cukup menarik untuk dipelajari: Shalahuddin Al Ayyubi sang pembebas Jerusalem juga pernah mengalami kekalahan.
Namun justru orang-orang hebat belajar dari kekalahannya, lalu menciptakan kemenangan paling istimewa.
Jalan menuju kemenangan adalah jalan nan melelahkan. Tidak ada kemuliaan jika hanya diisi dengan istirahat dan terburu-buru ingin meraih apa yang diinginkan. Ada sunnatullah-nya, ada caranya, ada prosesnya. Begitu pula jalan menuju Pembebasan Masjid Al Aqsha di era generasi kita: jangan mudah menyerah jika seakan-akan hari ini kita belum mendengar banyak kabar kemenangan.
Sebab ternyata, Shalahuddin Al Ayyubi pun ternyata pernah menelan pil kekalahan. Tepatnya pada tanggal 25 November 1177 (2 Jumadil Akhir 573 H), ketika pasukan muslimin Negara Ayyubiyyah mesti merasakan pukulana jatuh atas serangan yang dilakukan Kerajaan Salib Jerusalem pimpinan Baldwin IV. Namun tahukah kita? Kalah dan menang itu ada hikmahnya. Dan ternyata 10 tahun setelah kekalahan Shalahuddin di Pertempuran Montgisard(antara Jarusalem dan Tel Aviv modern) ini, Masjid Al Aqsha berhasil dibebaskan.
Baca juga : Ada sebuah idiom terkenal dari banyak sejarawan, “Andalusia tidak jatuh dalam semalam.”
Jalan kisah pertempuran
Tahun 1177, keadaan Palestina masih dikuasai. Sementara itu, Shalahuddin Al Ayyubi telah berhasil menyelamatkan Mesir dari cengkraman Kesultanan Syiah Ubaidiyah dan menjadikan Kairo sebagai ibukota persiapannya guna membebaskan Palestina. Selama kepemimpinan beliau, Shalahuddin seringkali berkendara dari Mesir ke Syam untuk melakukan agenda persatuan Umat Islam; mendirikan madrasah, bertemu ulama dan mengusaikan karier penguasa zalim setempat.
Di sebuah masa pada November 1177, Shalahuddin mendapatkan kabar bahwa Raja Kerajaan Salib Jerusalem, Baldwin IV Sedang melakukan ekspedisi ke arah Utara untuk menjalin hubungan dengan Kekaisaran Romawi Timur. Mendengar hal itu, Shalahuddin menyiapkan 20-30 ribu tentara untuk berangkat menuju ke Palestina.
Serangan kejutan
Namun, rencana Shalahuddin ternyata bocor dan sampai kepada Baldwin, hingga ia kemudian melakukan sebuah persiapan untuk memberikan serangan kejutan jika Shalahuddin datang ke Palestina. Ia menyiapkan banyak kesatria dan pasukan yang sengaja tidak ia demonstrasikan agar Shalahuddin menganggap Baldwin benar-benar berangkat ke Utara.
Ketika Shalahuddin Al Ayyubi dan para tentara Ayyubiyyah sampai di Palestina, awalnya mereka tidak mendapatkan perlawanan berarti. Banyak desa-desa yang bisa diambil alih dari bangsawan Eropa yang mengeksploitasi tanah pertanian Umat Islam. Namun, karena kelengahan tersebut, Pasukan Shalahuddin terpencar ke banyak arah tanpa ada kesiagaan penuh.
Baca juga : Suleiman The Magnificent ; Legenda Raja Terbesar Eropa di Abad 16
Baca juga : 10 Oktober 732, Battle of Tours : Kekalahan Muslimin di Tours Perancis
Ketidaksiapan dan mengecilkan arti intelejen
Namun, tanpa sepengetahuan Shalahuddin, pasukan yang dia pimpin untuk menuju ke Baitul Maqdis ternyata dicegat oleh Baldwin dan para pasukan Templar di sebuah tempat bernama Tall Al Jazar atau Montgisard. Pasukan muslimin berantakan: sebagian tertahan karena kendaraan mereka terperosok, sementara sebagian pasukan tersebar ke di banyak pedesaan. Kuda-kuda lelah karena long march. Pasukan Shalahuddin, dalam keadaan panik, berebut membuat garis pertempuran melawan musuh.
Pertempuran di Montgisard berakhir dengan kekalahan Kaum Muslimin bersebab ketidaksiapan dan mengecilkan arti intelejen. Shalahuddin berhasil menarik pasukannya mundur, namun terlalu banyak yang terbunuh di medan pertempuran sehingga dikatakan beliau sampai ke Mesir hanya dengan sepersepuluh jumlah tentara.
Shalahuddin belajar banyak hal besar
Dari peristiwa itu, Shalahuddin belajar banyak hal besar; tentang pengetahuan karakter musuh, peta kekuatan pasukan Salib di Palestina dan bagaimana cara efektif dalam memenangkan pertempuran selanjutnya. Terbukti kemudian, 2 tahun setelah kekalahan di Montgisard, Shalahuddin berhasil menuai kemenangan besar di Pertempuran Markj Ayyun tahun 1179, dan pada akhirnya membebaskan Masjid Al Aqsha tahun 1187.
Kalah dan menang itu biasa, semuanya Allah pergilirkan dengan sebuah hikmah luarbiasa: agar seorang muslim belajar hingga tidak mengulangi kesalahan yang sama. Sama seperti pertempuran Uhud; Kaum Muslimin kalah, namun justru menjadi pelajaran besar. Sama seperti pertempuran Montgisard; Shalahuddin kalah, namun justru ia jadi tahu bagaimana caranya membebaskan Al Aqsha.
Generasi Shalahuddin : Ketika dunia lupa, kita memilih untuk ingat
Referensi :
1. Baha ad-Din ibn Shaddad, The Rare and Excellent History of Saladin, ed. D. S. Richards, Ashgate, 2002.
2. Shalahuddin Al Ayyubi, Dr Ali Muhammad Ash Shalabi
3. Ayyamun Laa Tunsa, Tamir Badr
Baca juga : 4 Juli 1187, Kemenangan Shalahuddin Al Ayyubi di Pertempuran Hittin. Apa yang bisa dipelajari dari beliau?
Baca juga : 2 September 1192, Perjanjian Jaffa : Perdamaian Dua Raja dan Berakhirnya Perang Salib Ketiga