- Kembali ke Masa Lalu: Apa yang Terjadi di Balik Perjanjian Israel-Suriah?
- Perbatasan Golan yang Damai: Hasil Perjanjian Rahasia?
- Perjanjian rahasia antara Bashar al-Assad dan kolonial Israel pada tahun 1974 adalah topik yang menarik dan kompleks, meskipun tidak ada bukti konkret yang menunjukkan adanya perjanjian rahasia secara langsung. Namun, terdapat Perjanjian Pelepasan yang ditandatangani pada 31 Mei 1974, yang secara resmi mengakhiri permusuhan antara Israel dan Suriah setelah Perang Yom Kippur. Perjanjian ini menetapkan zona demiliterisasi dan batas-batas tertentu di Dataran Tinggi Golan, yang sebelumnya dikuasai oleh Israel sejak 1967.
ZONA PERANG(zonaperang.com) Sejak berdirinya entitas ilegal Israel pada 1948, hubungan antara Suriah dan zionis Israel selalu diwarnai konflik dan ketegangan. Namun, setelah Perang Yom Kippur 1973, terjadi sebuah kesepakatan penting pada 1974 yang melibatkan penjajah Israel dan rezim Hafez al-Assad, ayah dari Bashar al-Assad.
Meskipun secara resmi perjanjian ini dikenal sebagai Kesepakatan Pelepasan (Disengagement Agreement), banyak spekulasi yang menyebut adanya kesepakatan tidak tertulis yang mengatur hubungan kedua negara di balik layar. Apakah perjanjian ini hanya sebatas gencatan senjata, atau ada sesuatu yang lebih besar yang disembunyikan dari publik?
Gambar sampul: United States Secretary of State&National Security Advisor Henry Alfred Kissinger dan Presiden Syria Hafez al-Assad(Ayah Bashar al-Assad)
Perang Yom Kippur dan Golan yang Diperebutkan
Pada Oktober 1973, Suriah dan Mesir melancarkan serangan mendadak terhadap entitas teror Israel dalam Perang Yom Kippur, dengan tujuan merebut kembali wilayah yang diduduki penjajah Israel sejak Perang Enam Hari 1967. Salah satu medan utama pertempuran adalah Dataran Tinggi Golan, wilayah strategis yang memberikan kolonial Israel keuntungan militer.
Meskipun Suriah menunjukkan perlawanan sengit, penjajah Israel tetap mempertahankan kendali atas sebagian besar Golan. Situasi ini membuat Amerika Serikat turun tangan untuk menengahi perundingan antara apartheid Israel dan Suriah, yang akhirnya menghasilkan Kesepakatan Pelepasan Pasukan 1974.
Baca juga : Sejarah dan Dinamika Politik Syria: Dari Tanah Syam hingga Kejatuhan Rezim Bashar al-Assad
Isi Kesepakatan: Gencatan Senjata atau Perjanjian Rahasia?
Secara resmi, perjanjian yang ditandatangani pada 31 Mei 1974 ini mengatur:
- Penarikan pasukan Israel dan Suriah dari garis pertempuran di Golan.
- Pembentukan zona demiliterisasi (DMZ) yang diawasi oleh United Nations Disengagement Observer Force (UNDOF).
- Larangan aktivitas militer besar-besaran di dekat perbatasan.
Namun, di balik dokumen resmi ini, muncul dugaan bahwa ada kesepakatan tidak tertulis antara Israel dan rezim Assad. Beberapa analis percaya bahwa perjanjian ini mencakup:
- Jaminan dari rezim Assad bahwa Suriah tidak akan melancarkan perang langsung terhadap Israel di masa depan.
- Kesediaan Israel untuk tidak mencoba menggulingkan rezim Assad, meskipun tetap waspada terhadap pengaruh Iran dan Hizbullah di Suriah.
- Kesepakatan Implisit tentang Dataran Tinggi Golan: Meskipun Suriah secara resmi menolak pendudukan Israel di Dataran Tinggi Golan, ada indikasi bahwa kedua belah pihak memiliki pemahaman tidak resmi tentang batas-batas wilayah.
- Pemeliharaan stabilitas perbatasan, di mana kedua belah pihak menghindari eskalasi besar yang bisa menyebabkan perang baru.
Bukti Dugaan Perjanjian Rahasia
- Perbatasan Israel-Suriah yang Stabil Selama Puluhan Tahun, Sejak 1974 hingga pecahnya perang sipil Suriah pada 2011, perbatasan Suriah-Israel tetap relatif tenang, berbeda dengan konflik Israel di Gaza atau Lebanon. Ini menandakan adanya pemahaman strategis antara kedua negara.
- Dokumen Diplomatik AS, Beberapa memo rahasia AS yang dibocorkan menunjukkan bahwa Henry Kissinger, arsitek perundingan damai 1974, percaya bahwa Hafez al-Assad adalah pemimpin yang “pragmatis” dan bisa diajak bekerja sama.
- Sikap Israel terhadap Perang Sipil Suriah, Setelah pecahnya perang sipil Suriah pada 2011, penjajah Israel tidak secara langsung berupaya menggulingkan Bashar al-Assad, meskipun menyerang target Iran dan Hizbullah di Suriah. Hal ini menunjukkan bahwa Israel lebih memilih Assad tetap berkuasa daripada membiarkan kelompok radikal Islam menggantikannya.
Mengapa Tidak Ada Bukti yang Kuat?
- Permusuhan Publik yang Intens: Suriah dan Israel secara resmi tidak memiliki hubungan diplomatik. Kedua negara terus menyatakan permusuhan satu sama lain, sehingga perjanjian rahasia akan sangat merusak legitimasi pemerintah Suriah di mata rakyatnya dan dunia Arab.
- Ketiadaan Dokumen Resmi: Hingga saat ini, tidak ada dokumen resmi atau bukti kuat yang mengungkapkan perjanjian rahasia antara Suriah dan Israel pada tahun 1974.
- Sifat Rahasia yang Ketat: Jika ada perjanjian rahasia, kemungkinan besar hanya melibatkan segelintir pejabat tinggi dan dijaga ketat untuk menghindari kebocoran.
Mitos atau Realitas?
Meskipun tidak ada dokumen resmi yang membuktikan adanya perjanjian rahasia antara Bashar al-Assad dan Israel, fakta-fakta di lapangan menunjukkan adanya pemahaman strategis yang menjaga keseimbangan kekuasaan antara kedua negara. Perbatasan yang relatif damai selama puluhan tahun dan sikap kolonialis Israel dalam perang sipil Suriah menguatkan spekulasi bahwa kesepakatan di balik layar memang pernah terjadi.
“Ketegangan kembali meningkat di kawasan tersebut, terutama setelah jatuhnya rezim Assad. Israel telah dituduh melanggar perjanjian 1974 dengan melakukan operasi militer di zona demiliterisasi, yang menyebabkan kekhawatiran internasional dan kritik dari PBB”
Apakah ini sekadar mitos geopolitik atau realitas yang sengaja ditutup-tutupi? Jawabannya masih menjadi misteri yang belum sepenuhnya terungkap.
Dataran Tinggi Golan
Dataran Tinggi Golan, wilayah strategis yang telah lama diperebutkan antara Israel dan Suriah, menjadi fokus utama setelah jatuhnya Assad. Israel, yang telah menguasai sebagian besar wilayah ini sejak Perang Enam Hari 1967 dan mencaploknya pada 1981, melihat kesempatan untuk memperkuat kendali mereka. Pada 8 Desember 2024, pasukan penjajah Israel bergerak cepat untuk menguasai zona demiliterisasi di dalam Suriah, termasuk sisi Suriah dari Gunung Hermon yang strategis.
‘Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menegaskan bahwa Dataran Tinggi Golan akan tetap menjadi bagian dari Israel “selamanya” dan memerintahkan pasukan untuk memasuki zona penyangga yang sebelumnya dikelola oleh PBB’
Dataran Tinggi Golan adalah wilayah strategis yang terletak di perbatasan antara Suriah, Israel, Lebanon, dan Yordania. Wilayah ini memiliki nilai geopolitik, ekonomi, dan militer yang tinggi karena sumber air tawar utama, termasuk Sungai Yordan dan Danau Galilea, wilayah ini memberikan posisi tinggi yang ideal untuk pertahanan militer dan tanahnya cocok untuk pertanian dan peternakan.
Referensi
- Herzog, Chaim. The War of Atonement: The Inside Story of the Yom Kippur War.
- Maoz, Zeev. Syria and Israel: From War to Peacemaking.
- “Syria and Israel: From War to Cold Peace” oleh Raymond Hinnebusch.
- Quandt, William B. Peace Process: American Diplomacy and the Arab-Israeli Conflict Since 1967.
- Ross, Dennis. The Missing Peace: The Inside Story of the Fight for Middle East Peace.
- Dokumen Negosiasi Suriah-Israel 1974 yang Dideklasifikasi oleh Israel
- Memorandum Percakapan antara Henry Kissinger dan Hafez al-Assad
- Analisis oleh Foreign Policy Research Institute
Baca juga : Mengapa Penjajah Israel mengaburkan wajah tentaranya?