- Azovstal: Benteng Terakhir Pertahanan Ukraina di Mariupol
- Mariupol: Kota Pelabuhan yang Berdarah dalam Pertempuran Rusia-Ukraina
- Pengepungan Mariupol, yang berlangsung dari 24 Februari hingga 20 Mei 2022, merupakan salah satu babak paling tragis dan brutal dalam invasi Rusia ke Ukraina. Mariupol, sebuah kota pelabuhan strategis di tepi Laut Azov, menjadi medan pertempuran sengit antara Angkatan Bersenjata Ukraina dan pasukan Rusia yang didukung oleh milisi separatis dari Republik Rakyat Donetsk.
ZONA PERANG(zonaperang.com) Pengepungan Mariupol 2022 adalah salah satu peristiwa paling dramatis dan tragis dalam invasi Rusia ke Ukraina. Mariupol, sebuah kota pelabuhan strategis di Ukraina timur, menjadi sasaran utama pasukan Rusia. Pengepungan ini menyebabkan penderitaan besar bagi penduduk kota dan menjadi simbol perlawanan Ukraina terhadap agresi Rusia.
“Sebelum invasi Rusia ke Ukraina, kota ini merupakan kota terbesar kesepuluh di negara tersebut dan kota terbesar kedua di Oblast Donetsk. Pada tahun 1948, Mariupol berganti nama menjadi Zhdanov setelah Andrei Zhdanov, penduduk asli kota tersebut yang telah menjadi pejabat tinggi Partai Komunis Uni Soviet dan sekutu dekat Joseph Stalin. Nama tersebut merupakan bagian dari upaya yang lebih besar untuk mengganti nama kota-kota dengan nama tokoh politik tingkat tinggi di Uni Soviet. Nama bersejarah tersebut dipulihkan pada tahun 1989. Mariupol didirikan di lokasi bekas perkemahan untuk suku Cossack, yang dikenal sebagai Kalmius, dan diberikan hak kota di dalam Kekaisaran Rusia pada tahun 1778. “
Mariupol menjadi pusat pertempuran yang sangat sengit antara pasukan Rusia dan Ukraina. Pengepungan ini berlangsung selama hampir tiga bulan, dari Februari hingga Mei 2022, dan berakhir dengan kemenangan Rusia.
Baca juga : 6 Agustus 2024, Invasi Balasan Pasukan Ukraina ke Kursk Rusia
Mariupol: Kota Strategis yang Diperebutkan
Mariupol, sebuah kota pelabuhan utama di Laut Azov, memiliki posisi geografis yang krusial. Kota ini bukan hanya menjadi pusat industri baja dan transportasi bagi Ukraina, tetapi juga menjadi penghubung penting antara Rusia dan wilayah Donbas yang dikuasai kelompok separatis pro-Rusia.
“Pengepungan Mariupol dimulai pada hari pertama invasi Rusia ke Ukraina. Kota ini menjadi target utama karena posisinya yang strategis dan penting bagi akses Rusia ke Laut Azov. Selama hampir tiga bulan, Mariupol dikepung dengan intensitas serangan yang meningkat, termasuk pengeboman besar-besaran oleh Tu-22M Blackfire yang menghancurkan sebagian besar infrastruktur kota.”
Bagi Rusia, menguasai Mariupol berarti mendapatkan akses darat dari wilayah Donbas ke Krimea, yang telah dianeksasi Rusia pada tahun 2014. Oleh karena itu, sejak awal invasi pada Februari 2022, Mariupol menjadi salah satu target utama dalam strategi militer Rusia.
Tragedi Kemanusiaan di Mariupol
Selama pengepungan yang berlangsung berbulan-bulan, Mariupol mengalami salah satu krisis kemanusiaan terburuk dalam perang ini. Laporan dari pihak Ukraina menyebutkan bahwa puluhan ribu warga sipil terjebak di tengah pertempuran, tanpa akses ke kebutuhan dasar seperti makanan, air, atau listrik. Gedung-gedung hancur, dan sejumlah fasilitas sipil seperti rumah sakit dan sekolah turut menjadi sasaran serangan. Banyak warga terpaksa berlindung di bawah tanah atau dalam bangunan yang setengah hancur untuk bertahan hidup.
Palang Merah menggambarkan situasi di kota tersebut sebagai “apokaliptik.” Laporan menyebutkan bahwa sekitar 25.000 warga sipil tewas akibat pertempuran dan pengeboman. Sekitar 90% bangunan tempat tinggal di kota ini hancur atau rusak parah.
Mariupol juga menjadi simbol kegigihan penduduknya. Satuan Azov, yang dikenal sebagai batalion yang memiliki perlawanan keras terhadap Rusia, bertempur habis-habisan di pabrik baja warisan Soviet: Azovstal, benteng terakhir di kota itu. Pertempuran di Azovstal menggambarkan tekad para pejuang Ukraina yang bertahan hingga titik darah penghabisan, meski mereka telah dikepung dari segala sisi dan kekuatan mereka terus melemah.
Pertahanan Terakhir di Azovstal
Salah satu momen paling dramatis dalam pengepungan ini adalah pertahanan terakhir pasukan Ukraina di Pabrik Besi dan Baja Azovstal. Pada bulan Mei 2022, ratusan pejuang Ukraina bertahan di dalam kompleks pabrik yang memiliki banyak terowongan bawah tanah tersebut, berjuang melawan serangan yang terus-menerus dari tentara Rusia. Meskipun terjebak dalam kondisi yang sangat sulit, mereka menunjukkan keberanian luar biasa dalam mempertahankan posisi mereka.
“Azovstal Iron and Steel Works merupakan perusahaan terpadu, Produk pelat Azovstal digunakan dalam pembuatan kapal, tenaga listrik dan teknik khusus, konstruksi jembatan, dan produksi pipa berdiameter besar untuk jaringan pipa gas dan minyak. Mereka satu-satunya produsen rel di Ukraina. “
Akhirnya, pada 20 Mei 2022, setelah perintah untuk menghentikan pertempuran dikeluarkan, semua pasukan Ukraina yang tersisa di Azovstal menyerah kepada pasukan Rusia. Penyerahan ini menandai akhir pengepungan Mariupol dan memberikan kemenangan strategis bagi Rusia.
Baca juga : Invasi NATO ke Rusia: Perang Dunia III yang Tersembunyi
Dampak Pengepungan Mariupol dalam Konflik Rusia-Ukraina
Kejatuhan Mariupol pada Mei 2022 menjadi kemenangan strategis bagi Rusia. Dengan menguasai kota ini, Rusia mendapatkan kendali penuh atas koridor darat antara wilayah Donbas dan Krimea. Ini memungkinkan pasukan Rusia untuk mengalirkan logistik dan pasokan militer dengan lebih mudah ke wilayah yang telah mereka kuasai.
“Kehilangan Mariupol menjadi pukulan berat bagi Ukraina, tidak hanya secara militer tetapi juga secara psikologis.”
Namun, kemenangan ini datang dengan harga yang mahal, baik dalam hal korban jiwa maupun kecaman internasional yang ditujukan kepada Rusia atas kerusakan yang mereka timbulkan terhadap kota dan warganya.
Dalam skala yang lebih luas, pengepungan Mariupol juga membawa dampak besar terhadap opini dunia internasional. Gambar-gambar kehancuran yang keluar dari kota ini memicu kemarahan global dan memperkuat dukungan bagi Ukraina.
Negara-negara Barat mengutuk tindakan Rusia dan memperketat sanksi terhadap mereka, sambil meningkatkan bantuan militer dan kemanusiaan untuk Ukraina. Kejadian ini semakin memperkuat semangat perlawanan Ukraina dan mempertegas tekad mereka untuk mempertahankan kedaulatan.
Menggali Pembelajaran dari Pengepungan Mariupol
Pengepungan Mariupol menjadi pelajaran pahit tentang kekejaman perang modern dan dampaknya terhadap warga sipil. Meskipun banyak pihak berharap agar konflik ini bisa segera berakhir, pengepungan tersebut mengingatkan kita bahwa dalam perang, seringkali rakyat biasa yang menjadi korban utama.
“Kota ini sering dibandingkan dengan kota-kota lain yang pernah mengalami pengepungan brutal, seperti Gaza, Stalingrad dan Aleppo. Peristiwa ini juga memicu kecaman internasional terhadap tindakan Rusia.”
Konflik di Mariupol juga menunjukkan bahwa ketahanan dan keberanian dalam menghadapi situasi ekstrem tetap bisa menjadi inspirasi. Bagi Ukraina, Mariupol akan selalu diingat sebagai simbol perlawanan—kota yang berani bertahan, bahkan dalam kondisi yang sangat berat.
Masa Depan Mariupol dan Perang di Ukraina
Kini, Mariupol berada di bawah kendali Rusia, tetapi situasinya tetap tidak stabil. Kota ini masih dalam proses pembangunan kembali, meskipun dipertanyakan apakah infrastruktur dan kehidupan warganya dapat pulih kembali seperti sediakala. Sementara itu, perang di Ukraina masih berlangsung, dan masa depan kota-kota seperti Mariupol tetap terancam oleh ketidakpastian. Namun, meskipun dikepung, Mariupol tetap berdiri tegak sebagai simbol ketahanan Ukraina.
Baca juga : Mengapa Ukraina berperang melawan Rusia di Sudan?