Rasulullah SAW berdiri di hadapan pasukan dan menyampaikan pidato yang penuh semangat di perang Tabuk
ZONA PERANG (zonaperang.com) – Peristiwa Perang Tabuk/Pertempuran Tabuk/Ekspedisi tabuk berlokasi di sebuah kota yang terletak di antara lembah al-Qura dan Syam, jarak antara Tabuk dan Madinah mencapai 778 kilo meter.
Perang Tabuk menjadi perang pertama setelah Rasulullah menaklukan Tanah Makkah. Peperangan ini dalam Alquran disebut sebagai peperangan pada musim susah (Yaumul Uumsroh), karena ketika itu sedang musim kemarau.
Perang counter preemptive strike
Perang Tabuk sebenarnya merupakan sambungan dari perang sebelumnya, yakni Perang Mu’tah. Nabi mendengar kabar bahwa Bizantium(Romawi Timur) dan sekutunya yaitu Ghassaniyah telah menyiapkan pasukan besar untuk menginvasi Hijaz guna menekan penyebaran kekuatan Muslim dengan pasukan sebanyak 40 ribu-200 ribu orang.
Dalam buku Islam Agama Perdamaian karya Ustaz Ahmad Sarwat dijelaskan, di lain pihak Kaisar Romawi Heraclius menganggap bahwa kekuasaan Muslim di jazirah Arab berkembang dengan pesat. Sehingga sebelum semakin berkembang, Heraclius berupaya untuk menaklukkan Arab.
Baca Juga : Sahabat Nabi Zubair Bin Awaam : Sang Pembela Rasulullah SAW
“Kemudian, Rasulullah mengatur satu tentara besar berjumlah tidak kurang dari 30 ribu orang yang terdiri dari orang Mekah, Madinah, dan persekutuan persekutuan Arab,” ujarnya.
Prof Hamka mengatakan, peperangan ini, selain karena perkara agama, rupanya telah bersifat bangsa dan bangsa. Pada waktu itu bukan main sukarnya dalam perjalanan.
Perang Dengan Kondisi Yang Sangat Sulit
“Sehingga pernah dibunuh satu ekor unta dan diambil air dari dalam lambungnya untuk diminum,” katanya. Sebagai perang besar yang dipimpin langsung oleh Rasul, perang ini memberikan pelajaran berharga bagi kaum Muslim saat itu. Perang Tabuk mengajarkan pentingnya kejujuran iman dan bertahan dalam kesusahan yang ada.
Perjalanan pasukan kaum Muslimin menuju Tabuk memakan waktu hingga 20 hari. Medan yang mereka tempuh sangat sulit. Selain keterbatasan bahan makanan, mereka harus menghadapi panasnya gurun pasir. Perang ini bahkan di juluki “Pasukan Jaisyul Usrah” yang artinya pasukan yang dalam keadaan sulit. Keadaan para sahabat sedan susah membuat seekor unta harus dikendarai oleh sepuluh orang sahabat secara bergantian.
Baca Juga : Thalhah bin Ubaidillah, Sahabat Dermawan dan Pelindung Nabi
Sesampainya di Tabuk, Rasulullah SAW berdiri di hadapan pasukan dan menyampaikan pidato yang penuh semangat. Jihad prajurit semakin membara. Pada perang ini, sebelumnya Rasulullah telah menganjurkan para sahabat untuk berinfak karena jarak yang akan ditempuh agak jauh.
Dalam perang ini, Abu Bakar ra mengorbankan seluruh hartanya. Umar ra juga telah mengorbankan setengah hartanya. Begitu pun dengan Utsman ra yang mengorbankan perlengkapan perang untuk sepertiga pasukan. Beserta sahabat lainnya, menginfakkan lebih dari kemampuan mereka.
Harta dan Kenyamanan Atau Berjuang?
Kondisi saat itu sangat genting dan mencekam. Musim panas pun mendera. Kebun-kebun kurma di Madinah mulai ranum dan siap dipanen. Ujian keimanan bagi Nabi dan sahabat serta pengikutnya terjadi di sini. Di mana saat panen merupakan saat-saat yang nyaman untuk beristirahat dan bersantai di rumah. Sebagian besar mata pencaharian penduduk Madinah pun bergantung pada panen kurma ini.
Nabi menggerakkan seluruh kaum Muslimin untuk turut serta dalam perang besar melawan kaum kuffar. Sungguh menjadi perkara teramat berat bagi orang-orang yang di hatinya terdapat penyakit kemunafikan untuk turut serta dalam perang tersebut. Inilah ujian untuk menyeleksi siapakah yang betul-betul beriman dan siapakah yang “bermain-main” dengan keimanannya.
Baca Juga : Ali bin Abi Thalib : Sahabat utama, Sepupu, Menantu Nabi dan khalifah keempat
Saat itu, hanya kaum munafik, orang-orang uzur, perempuan, anak-anak, dan sebagian sahabat yang tidak memiliki kendaraan yang bisa ditunggangi yang tertinggal di Madinah. Padahal, mereka sangat ingin ikut dalam pasukan itu. Melihat hal ini, Allah pun mengabadikan hal itu dengan berfirman di QS at-Taubah ayat 92, “Mereka kembali, sedangkan mata mereka bercucuran air mata karena sedih tidak memperoleh apa yang akan mereka infakkan.”
Dalam tempo singkat, terkumpul 30 ribu pasukan kaum Muslimin. Mereka adalah para pejuang-pejuang Islam yang ingin menunjukkan kejujuran iman mereka. Bilangan tersebut adalah jumlah pasukan terbesar yang pernah ada dalam sejarah perjuangan Nabi. Sementara 40 ribu pasukan Romawi telah disiapkan dengan tambahan personel dari penguasa Bashroh Bani Ghassan. Mereka bergerak menuju perbatasan Syam dan jazirah.
Baca Juga : Utsman bin Affan : Sahabat Nabi dan Khalifah Ketiga yang dermawan
Berbeda dengan perang-perang sebelumnya, Nabi SAW sengaja menampakkan rencana perang ini kepada kaum Muslimin. Padahal biasanya, apabila hendak berangkat berperang, beliau selalu menampakkan seolah-olah bukan untuk berperang. Bahkan, beliau mengajak kabilah-kabilah Arab dan orang-orang badui agar berangkat bersama beliau. Singkat cerita, Nabi dan para sahabat telah siap bertempur melawan musuh.
Namun, pasukan Romawi tak kunjung muncul. Ternyata, pasukan Romawi tidak berani berperang. Mereka berpencar di batas wilayah mereka masing-masing. Pasukan Romawi lebih senang tinggal di dalam wilayah Syam untuk berlindung di benteng-bentengnya ketika sampai kepada mereka berita tentang kekuatan pasukan Muslimin.
Baca Juga : Abu Bakar Ash-Shiddiq R.A. , Sahabat Nabi, Mertua dan Pemimpin Islam Pertama
Rasulullah menetap di Tabuk selama 20 hari, dan mengirim beberapa pasukan kecil ke sekitar daerah Tabuk. Tindakan ini ternyata menambah kekuatan dan wibawa Islam di wilayah utara jazirah Arab serta membuka jalan ke arah penaklukan daerah Syam. Syekh Ibnul Qayyim al-Jauziy menuturkan, ketika sampai di Tabuk, Rasulullah didatangi penguasa Ailah yang menawarkan perdamaian dan jizyah. Dia juga didatangi penduduk Jarba dan Adzrah untuk memberikan jizyah.
Kepergian Rasulullah SAW dan para sahabatnya menuju Tabuk menyelipkan begitu banyak hikmah. Perang ini dianggap sebagai ajang latihan fisik kaum Muslimin, di mana membutuhkan waktu 50 hari; 30 hari perjalanan pulang pergi dan 20 hari masa menaklukkan musuh di sekitar Tabuk. Tujuan dari perang ini pun untuk mempersiapkan mereka da lam memikul risalah demi melindungi penyebaran Islam di luar semenanjung jazirah Arab. Kabilah-kabilah Arab saat itu pun terpengaruh oleh Rasulullah SAW dan dakwah Islam.
Baca Juga : Daftar Nama Besar Para Pejuang Islam Sepanjang Masa