- Pada bulan Oktober 1448, sejarah Perang Utsmani-Hungaria mencatat momen dramatis ketika Tentara Salib pimpinan János Hunyadi bertemu dengan Tentara Utsmani pimpinan Sultan Murad II dalam Pertempuran Kosovo kedua. Ini adalah salah satu pertempuran paling ikonik dalam sejarah Eropa Timur, menampilkan strategi militer yang cerdas dan keberanian yang tak terkalahkan.
- Pertempuran ini tidak hanya menentukan nasib wilayah Balkan, tetapi juga memiliki dampak besar pada perkembangan politik dan militer di Eropa.
ZONA PERANG(zonaperang.com) Pada bulan Oktober tahun 1448, Eropa kembali menjadi saksi salah satu pertempuran paling epik dalam sejarahnya: Pertempuran Kosovo Kedua. Pertempuran ini bukan hanya sekadar konflik biasa, melainkan sebuah babak penentu dalam perjuangan panjang antara Kristen Eropa yang dipimpin oleh János Hunyadi dan Kesultanan Ottoman di bawah komando Sultan Murad II. Konflik ini melambangkan pertarungan dua peradaban besar di Balkan—Kristen versus Islam, Eropa versus Asia, Barat versus Timur.
Dalam pertempuran ini, Hunyadi, seorang panglima perang besar dari Hungaria, memimpin aliansi Kristen dalam upaya untuk menghentikan laju ekspansi Ottoman yang terus bergerak ke jantung Eropa. Di sisi lain, Sultan Murad II, dengan kekuatan Ottoman yang telah berkembang pesat, bertekad untuk mengkonsolidasikan penguasaan Ottoman di wilayah Balkan. Kosovo, yang sudah menjadi medan pertumpahan darah dalam Pertempuran Kosovo Pertama (1389), kembali menjadi ajang benturan kekuatan besar yang akan memengaruhi nasib Eropa untuk beberapa dekade mendatang.
Baca juga : Pedang dan Salib: Kisah Tentara Bayaran Kristen di Bawah Panji Islam
Baca juga : Mengungkap Rahasia Keruntuhan Kesultanan Ottoman: Hutang, Inflasi, dan Penguasaan Ekonomi oleh Asing
Latar Belakang Konflik
Kesultanan Ottoman, sejak kemenangan besar di Pertempuran Kosovo Pertama, terus memperluas kekuasaannya ke wilayah-wilayah Kristen di Balkan. Pada pertengahan abad ke-15, Ottoman telah menaklukkan berbagai kerajaan Balkan, termasuk Serbia, Bulgaria, dan sebagian besar Yunani. Ekspansi ini menjadi ancaman besar bagi negara-negara Kristen di Eropa Tengah, terutama Hungaria.
Di sisi lain, János Hunyadi, seorang bangsawan Hungaria yang dikenal sebagai “Perisai Kristen,” telah lama menjadi duri dalam daging bagi Ottoman. Ia berhasil memimpin sejumlah kampanye melawan Ottoman, termasuk kemenangan penting dalam Pertempuran Jalowaz (1444), yang memberinya reputasi sebagai salah satu komandan militer terbaik di Eropa. Namun, kesuksesan Hunyadi selalu dibayang-bayangi oleh ancaman besar yang terus berkembang dari Kesultanan Ottoman.
Pada tahun 1444, Hunyadi terlibat dalam Pertempuran Varna, di mana tentara Kristen mengalami kekalahan telak dari Sultan Murad II. Kekalahan itu memberikan Ottoman momentum besar, tetapi Hunyadi tidak pernah menyerah dalam usahanya untuk membendung laju pasukan Islam di Eropa.
“Pertempuran ini merupakan bagian dari kampanye militer yang lebih besar untuk merebut kembali wilayah-wilayah yang hilang dari kekuasaan Kristen. Setelah kekalahan parah di Pertempuran Varna empat tahun sebelumnya, John Hunyadi, gubernur Hongaria, bersiap-siap untuk melawan kembali kekuasaan Utsmani. Dia yakin bahwa dengan bantuan sekutunya dari Albania dan Wallachia, ia dapat mengalahkan Sultan Murad II dan merebut kembali wilayah-wilayah yang direbut Utsmani.”
Pada 1448, Hunyadi kembali mencoba menggalang kekuatan untuk melakukan serangan besar-besaran. Dia membentuk aliansi dengan Albania di bawah kepemimpinan Skanderbeg dan beberapa bangsawan Kristen di Eropa Tengah. Tujuan utamanya adalah menghancurkan kekuatan Ottoman di Balkan dan mengusir mereka dari Eropa.
Pasukan dan Taktik
Pasukan Kristen yang dipimpin oleh Hunyadi diperkirakan berjumlah sekitar 24.000 hingga 30.000 prajurit. Sebagian besar dari mereka adalah tentara Hungaria, termasuk kesatria dan infanteri berat, serta sejumlah pasukan bayaran dari Wallachia, Polandia, dan negara-negara Eropa lainnya. Meskipun lebih kecil dibandingkan dengan pasukan Ottoman, Hunyadi mengandalkan takdir dan moral sebagai kekuatan penggerak.
“Hunyadi memilih wilayah Kosovo sebagai medan tempur karena lokasinya strategis dan mudah dijangkau dari berbagai arah.”
Di sisi lain, Kesultanan Ottoman memiliki keunggulan jumlah dengan pasukan yang mencapai sekitar 40.000 hingga 60.000 tentara. Pasukan ini terdiri dari infanteri elit Janissary, kavaleri sipahi, serta sejumlah besar prajurit dari wilayah-wilayah jajahan Ottoman di Balkan. Selain itu, Ottoman memiliki pengalaman bertempur yang luas serta keuntungan logistik dan strategi.
“Sultan Murad II, yang awalnya telah menyerahkan tahta kepada putranya, kembali berkuasa karena situasi yang mendesak. Ia menyadari ancaman serius yang ditimbulkan oleh pasukan gabungan pimpinan Hunyadi dan segera mempersiapkan pasukannya untuk menghadapi pertempuran yang tak terhindarkan.”
Hunyadi mengandalkan strategi serangan cepat dengan menggunakan formasi klasik Eropa seperti phalanx infanteri berat dan serangan frontal kavaleri. Dia juga menaruh harapan pada bantuan dari sekutu-sekutu Balkan seperti Skanderbeg, pemimpin Albania, yang sayangnya gagal tiba di medan pertempuran tepat waktu karena dihalangi oleh sekutu Ottoman, Venetian.
Di sisi lain, Sultan Murad II menerapkan strategi bertahan dengan memanfaatkan keunggulan artileri dan posisi defensif yang kuat. Murad telah mempelajari kesalahan di Pertempuran Varna dan tahu bahwa pertempuran frontal dengan Hunyadi harus dihindari.
Baca juga : Battle of Talikota : Pertempuran pasukan Muslim terbesar dan kehancuran kerajaan Hindu di India
Baca juga : Insiden Pulau Rote NTT 1999 : “Pertemuan” tidak seimbang Hawk TNI-AU VS F/A-18 Hornet Australia
Jalannya Pertempuran
Pertempuran Kosovo Kedua dimulai pada 17 Oktober 1448 dan berlangsung selama tiga hari penuh. Pada hari pertama, Hunyadi memimpin serangan frontal besar-besaran terhadap pasukan Ottoman. Serangan ini sempat memberikan kejutan kepada Ottoman, tetapi keunggulan jumlah pasukan dan strategi bertahan yang diterapkan Murad mulai memberikan efek. Pasukan Hunyadi, meskipun bertempur dengan gagah berani, tidak mampu menembus pertahanan Ottoman.
“Murad II menggunakan strategi yang cerdas. Dia membiarkan pasukannya terlihat lemah, lalu menipunya Hunyadi untuk maju lebih jauh ke Kosovo. Ketika pasukan Kristen sudah terpisah dari sumber air dan terisolasi, Murad II menyerang dengan kekuatan penuh.”
Pada hari kedua, Sultan Murad mulai melancarkan serangan balasan yang didukung oleh unit kavaleri sipahi dan Janissary yang disiplin. Mereka mulai mendesak pasukan Kristen yang kelelahan setelah pertempuran hari pertama. Meski Hunyadi terus mengorganisir serangan balik, pasukan Kristen semakin terjepit.
“Malam harinya, pasukan Wallachia yang tadinya bersekutu dengan pasukan Hongaria, berbalik ke pihak Utsmana. Tanpa sokongan pasukan Wallachia, pasukan Hongaria makin rapuh. Sultan Murad II langsung memerintahkan janissaries untuk mengejar pasukan musuh yang terdesak. Hampir semua pasukan Hongaria yang tersisa di lapangan pertempuran mati atau ditawan.”
Puncak dari pertempuran terjadi pada hari ketiga, ketika kavaleri sipahi Ottoman berhasil menyerang sisi kanan pasukan Kristen, memutus garis pertahanan Hunyadi. Tanpa bala bantuan dari Skanderbeg, Hunyadi terpaksa mundur, dan pasukannya mengalami kekalahan besar.
Akibat Pertempuran dan Warisan Sejarah
Kekalahan Hunyadi di Pertempuran Kosovo Kedua menandai berakhirnya upaya besar aliansi Kristen untuk mengusir Ottoman dari Balkan. Ini juga menegaskan dominasi Ottoman di wilayah tersebut selama beberapa abad ke depan. Sultan Murad II, dengan kemenangan ini, berhasil mengukuhkan kekuasaan Ottoman di Eropa Tenggara.
Bagi Hunyadi, meskipun kekalahan ini merupakan pukulan besar, ia tetap menjadi figur pahlawan bagi rakyat Hungaria dan Eropa. Setelah kekalahan ini, Hunyadi melanjutkan perlawanan terhadap Ottoman dan berperan penting dalam kemenangan di Pertempuran Nándorfehérvár (1456), yang menghambat laju Ottoman ke Eropa Tengah.
Sementara itu, kemenangan Sultan Murad II di Kosovo memperkuat kekuatan Ottoman di Balkan dan membuka jalan bagi penaklukan Konstantinopel pada tahun 1453 di bawah kepemimpinan putranya, Mehmed II(Muhammad Al Fatih).
Pertempuran Kosovo Kedua juga menjadi simbol perlawanan panjang antara Kristen Eropa dan Ottoman yang berlanjut hingga Perang Salib Balkan serta konflik-konflik lain yang membentuk sejarah Eropa dan Timur Tengah selama berabad-abad.
Baca juga : Aliansi Perancis – Ottoman : Saat satu kota di Prancis Berubah menjadi “Istanbul Mini”
Baca juga : 29 Agustus 1541, Ibu kota Kerajaan Hongaria Jatuh: Penaklukan Buda oleh Kesultanan Utsmaniyah