- Megiddo: Pertempuran Tertua yang Mengukir Sejarah Peradaban Mesir
- Kata “Armageddon” berakar pada Pertempuran Megiddo
- Pertempuran Megiddo yang terjadi pada tahun 1457 SM adalah salah satu pertempuran paling awal yang tercatat dalam sejarah, menandai pertempuran militer yang monumental antara pasukan Mesir yang dipimpin oleh Firaun Thutmose III dan pasukan pemberontak dari negara-negara Kanaan. Pertempuran ini tidak hanya penting dari segi militer, tetapi juga memberikan wawasan tentang strategi perang kuno dan dampaknya terhadap kekuasaan Mesir.
ZONA PERANG(zonaperang.com) Pertempuran Megiddo yang terjadi pada tahun 1457 SM menjadi salah satu pertempuran tertua yang tercatat dalam sejarah dan merupakan salah satu momen penting dalam sejarah militer kuno. Terletak di daerah yang kini dikenal sebagai Palestina, Megiddo bukan hanya sekadar lokasi geografis, tetapi juga menjadi saksi bisu banyak konflik yang melibatkan kekuatan besar zaman kuno. Pertempuran ini dikenal karena strategi yang diadopsi dan dampaknya yang berlanjut pada perkembangan politik regional.
“Catatan Mesir kuno menyebutkan tanggal pertempuran itu adalah hari ke-21 bulan pertama musim ketiga, Tahun 23 pemerintahan Thutmose III. Telah diklaim bahwa ini adalah 16 April 1457 SM, meskipun publikasi lain menyebutkan pertempuran itu terjadi pada tahun 1482 SM atau 1479 SM”
“Gunung” Megiddo di Palestina utara yang terjajah sebenarnya bukan gunung, tetapi sebuah tell (gundukan atau bukit yang dibuat oleh banyak generasi orang yang tinggal dan membangun kembali di tempat yang sama) di mana benteng kuno dibangun untuk menjaga Via Maris, rute perdagangan kuno yang menghubungkan Mesir dengan kekaisaran utara Suriah, Anatolia, dan Mesopotamia.
Latar belakang pertempuran
Pertempuran Megiddo terjadi dalam konteks ekspansi kekuasaan Mesir di wilayah Kanaan. Thutmose III, yang dikenal sebagai salah satu firaun terbesar dalam sejarah Mesir, berusaha untuk menegaskan dominasi Mesir atas wilayah tersebut. Pasukan pemberontak yang dipimpin oleh Raja Kadesh berupaya untuk melawan kekuasaan Mesir, menciptakan ketegangan yang memicu konflik bersenjata.
“Koalisi pasukan Kanaan dan Mitanni bersatu untuk menghadapi ekspansi Mesir, menyebabkan terjadinya Pertempuran Megiddo.”
Thutmose III adalah salah satu firaun paling berprestasi di Mesir, dikenal sebagai “Napoleon dari Mesir Kuno”. Saat ia naik takhta, banyak wilayah di Kanaan telah memberontak melawan kekuasaan Mesir. Untuk menegakkan kembali kekuasaannya, Thutmose III memimpin pasukannya ke utara menuju Kanaan.
Baca juga : Pengepungan Gaza 332 SM: Ujian Kritis bagi Ambisi Alexander Agung
Baca juga : Pertempuran Montevideo (20 November 1817): Puncak Perjuangan Kemerdekaan di Amerika Latin
Strategi dan Taktik
Thutmose III memimpin sekitar 10.000 hingga 20.000 tentara Mesir melawan pasukan gabungan Kanaan yang diperkirakan berjumlah antara 10.000 hingga 15.000. Salah satu inovasi penting dalam pertempuran ini adalah penggunaan busur campur(composite bow), serta penghitungan mayat pertama kali yang dilakukan dalam sejarah militer.
Thutmose III memilih rute strategis menuju Megiddo, menghindari medan perang terbuka dan memilih jalur yang lebih sulit untuk mengejutkan musuhnya. Taktik ini membuktikan keberhasilan saat pasukan Mesir berhasil mengepung dan mengalahkan pasukan Kanaan.
“Pertempuran terjadi di dataran Megiddo, lokasi strategis yang menghubungkan Mesir, Suriah, dan Mesopotamia. Thutmose III memutuskan untuk menyerang melalui jalur yang sempit dan berbahaya, yang mengejutkan pasukan koalisi Kanaan. Strategi ini berhasil, dan pasukan Mesir berhasil mengepung kota Megiddo.”
Thutmose III menggunakan juga berbagai strategi dan taktik canggih, termasuk penggunaan kendaraan tempur (kereta perang) yang cepat dan manuver mengejutkan yang memotong jalur pasokan musuh. Strategi ini membantu pasukan Mesir untuk mengalahkan koalisi Kanaan dan mengepung kota Megiddo, yang akhirnya menyerah setelah pengepungan yang berlangsung selama tujuh bulan.
Hasil Pertempuran
Pertempuran Megiddo berakhir dengan kemenangan telak bagi Mesir. Setelah pertempuran, banyak tentara Kanaan melarikan diri ke kota Megiddo, di mana mereka kemudian dikepung oleh pasukan Mesir. Kemenangan ini tidak hanya mengukuhkan kekuasaan Thutmose III di Kanaan tetapi juga memperluas pengaruh Mesir di wilayah tersebut.
“Kemenangan ini memperkuat dominasi Mesir atas Kanaan selama beberapa abad berikutnya.”
Kemenangan di Megiddo jelas memperkuat kekuasaan Mesir atas Kanaan dan akhirnya memperluas wilayah kekuasaannya hingga ke wilayah Suriah. Hal ini juga menunjukkan kehebatan militer Mesir dan strategi yang cerdas dari Thutmose III. Pertempuran ini dicatat secara rinci pada prasasti Karnak, menjadikannya salah satu pertempuran tertua yang terdokumentasi dalam sejarah.
“Pertempuran ini tercatat dengan sangat rinci dalam hieroglif Mesir di dinding Kuil Amun-Re di Karnak, Thebes (sekarang Luxor). Juru tulis militer Tjaneni mencatat rincian pertempuran, termasuk daftar korban, dan dianggap telah membuat jurnal harian.”
Dampak dan Signifikansi
Wilayah kekuasaan Mesir diperluas oleh kampanye ini. Seperti yang ditulis Paul K. Davis(sejarawan Amerika yang mengkhususkan diri dalam sejarah militer), “Dengan menegakkan kembali kekuasaan Mesir di Kanaan, Thutmose memulai pemerintahan yang membuat Mesir mencapai perluasan wilayah terbesarnya sebagai sebuah kekaisaran.” Thutmose III meminta raja-raja yang kalah untuk masing-masing mengirimkan seorang putra ke istana Mesir.
Di sana, mereka menerima pendidikan Mesir. Ketika mereka kembali ke tanah air, mereka memerintah dengan simpati Mesir. Meskipun demikian, kemenangan di Megiddo hanyalah awal dari perdamaian Levant. Kerusuhan baru mereda setelah beberapa kampanye lanjutan yang dilakukan hampir setiap tahun. Salah satu hasil yang tidak terduga muncul dalam bentuk kata Armageddon, yang berakar dari nama Megiddo.
Baca juga : Dari Vietnam ke Gaza: Bagaimana Terowongan Mengubah Jalannya Pertempuran
Baca juga : Masa Lalu adalah Guru: Sejarah Tidak Terulang Secara Otomatis