- Dari Makassar ke Dominasi Pasifik: Jepang dan Pertempuran Laut yang Terlupakan
- Kekalahan di Selat Makassar: Periode Awal Penjajahan Jepang di Indonesia
- Pertempuran Selat Makassar yang terjadi pada 4 Februari 1942 merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah Perang Dunia II, khususnya di kawasan Asia Tenggara. Pertempuran ini melibatkan angkatan laut dari beberapa negara dan menjadi bagian dari upaya Jepang untuk menguasai wilayah Hindia Belanda.
ZONA PERANG(zonaperang.com) Pada tanggal 4 Februari 1942, perairan Selat Makassar menjadi saksi dari salah satu pertempuran laut yang signifikan dalam Perang Dunia II. Dalam upaya mempertahankan Hindia Belanda (kini Indonesia) dari invasi Jepang, Sekutu, yang terdiri dari gabungan pasukan Angkatan Laut Amerika Serikat, Belanda, Inggris, dan Australia, menghadapi kekuatan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang. Meskipun pertempuran ini berlangsung singkat, dampaknya menjadi salah satu momen penentu dalam ekspansi Jepang di kawasan Pasifik.
Sebagai hasil dari mundurnya kapal tersebut, Jepang dapat menguasai Selat Makassar.
Menghadang Jepang
Pada akhir Januari, pasukan Jepang telah menaklukkan pantai utara dan barat Kalimantan dan sebagian besar Maluku. Di pantai timur Kalimantan, pasukan Jepang menduduki fasilitas minyak dan pelabuhan Balikpapan dan Tarakan, dan di Sulawesi, kota Manado dan Kendari juga telah jatuh. Untuk mendapatkan kendali penuh atas Selat Makassar, Jepang perlu merebut kota Makassar/Ujung Pandang dan Banjarmasin.
Pada tanggal 1 Februari, komandan Sekutu menerima kabar dari pesawat pengintai: di Balikpapan, pasukan invasi Jepang—yang terdiri dari 20 kapal pengangkut pasukan, tiga kapal penjelajah, dan 10 kapal perusak—sedang bersiap untuk berlayar.
Pada tanggal 2 Februari, Laksamana Thomas C. Hart, Wakil Laksamana (Wakil Laksamana) Conrad Helfrich, Laksamana Muda William A. Glassford dan (Komodor) John Collins RAN/Royal Australia Navy bertemu di Palembang; usulan Helfrich agar pasukan penyerang dibentuk disetujui. Armada kapal ini dibentuk pada hari berikutnya di bawah pimpinan Laksamana Muda Karel Doorman, dan mulai mengambil pasokan di Kepulauan Gili, sebelah selatan Madura.
Baca juga : 28 Februari 1942, Pertempuran Selat Sunda : Kapal perang Amerika dan Australia Vs Armada Kekaisaran Jepang
Baca juga : Lukisan 9 Garis Putus-putus: Ambisi Cina di Laut Cina Selatan
Lokasi
Pertempuran Selat Makassar pada 4 Februari 1942 adalah pertempuran antara kapal perang Amerika, Inggris, Belanda, Australia (American-British-Dutch-Australian/ABDA) melawan pembom Angkatan Laut Jepang (IJN). Pertempuran terjadi di Hindia Timur Belanda (NEI), hari ini Indonesia.
Meskipun pertempuran ini benar -benar terjadi di Laut Flores dekat Kepulauan Kangean bukan Selat Makassar, tetap dikenal sebagai Pertempuran Selat Makassar. Juga dikenal sebagai aksi utara Selat Lombok, Pertempuran Laut Flores, aksi dari Selat Madura atau Pertempuran Laut Bali.
Kekuatan sekutu & kejadian pra pertempuran
Pada 1 Februari 1942, sebuah pesawat pengintai sekutu melaporkan pasukan Jepang yang bersiap untuk meninggalkan Balikpapan. Pada tanggal 2 Februari 1942 armada Amerika, Inggris, Belanda, Australia (Abdafloat) di bawah komando Laksamana Belanda Karel Doorman dibentuk di Kepulauan Gili di Laut Bali di lepas pantai Pulau Lombok.
Armada ABDA termasuk tempur utama andalannya penjelajah ringan HNLSM De Ruyter, HNLMS Tromp, USS Houston CA-30, dan USS Marblehead (CL-12) ditambah tujuh perusak HNLMS Banckert, Hr.Ms. Piet Hein, Hr.Ms. Van Ghent, USS Barker (DD -213), USS Bulmer (DD-222), USS John D. Edwards (DD-216) dan USS Stewart (DD-224).
Pada tanggal 3 Februari 1942, armada ABDA terlihat oleh pembom Jepang yang melaporkan kehadiran mereka dan berputar tetapi tidak menyerang dan kapal perang terus maju melakukan upaya untuk tetap pada rencana awal dan sekitar tengah malam berangkat menuju ke Meinderts Reef (Karang Mas) di Timur laut Jawa yang lalu ke Selat Makassar.
Battle of Makassar Strait
Pada tanggal 4 Februari 1942 pukul 9:40 pagi, armada Abda berada di selatan Kepulauan Kangean di Laut Flores terlihat oleh Mitsubishi G4M1 Betty Takao Kokutai(Group udara) dari lapangan terbang Kendari. Menurut Pasukan Sekutu, mereka diserang oleh 36 G4M1 Model 2 (codename “Betty”). Namun pihak Jepang menyatakan: 27 pesawat dari Kanoya Kokutai/aircraft and airbase garrison dan 9 dari Takao Kokutai ditambah 24 G3M2 (codename “Nell”) dari Kokutai ke -1. Formasi pembom mendekati di ketinggian menengah dalam formasi “V” yang menargetkan para penjelajah.
Selama menjalankan serangan awal mereka, bom jatuh di depan USS Marblehead (CL-12) dan selama menjalankan pemboman kedua ia mengalami dua hit langsung dari bom 250kg dan menimbulkan kerusakan yang mengakibatkan penjelajah Amerika ini hanya bisa melakukan gerakan lingkaran serta membuat 15 kru terbunuh.
Selama serangan itu, USS Houston CA-30 berhasil menghindari sebagian besar bom tetapi dipukul di dekat menara meriam belakang oleh bom yang dijatuhkan oleh G3M2 Nell, merusak senjata dan menewaskan 48 kru. Sementara itu, Hr.Ms. De Ruyter menghindari empat serangan tetapi mengalami kerusakan kecil dari beberapa kesalahan dari bom yang dijatuhkan oleh G3M2 Nells yang merusak kontrol tembakan senjata AA 40mm.
Pada pukul 1:00 siang, Admiral Karel Doorman memerintahhkan armada Abda untuk menarik diri ke barat sehingga tidak dapat mencapai Selat Makassar karena serangan pesawat Jepang. Saat mundur, Houston dan Tromp telah pergi ke selatan melalui Selat Alas(selat yang memisahkan Pulau Lombok dengan Pulau Sumbawa) dan USS Marblehead serta kapal perusak AS mundur ke selatan melalui Selat Lombok. Setelah itu, kedua kapal penjelajah Amerika menuju Tjilatjap untuk perbaikan dan memindahkan yang terluka.
Setelah Pertempuran
Pertempuran tersebut merupakan kemenangan Jepang karena armada ABDA tidak dapat memasuki Selat Makassar atau mengganggu pasukan invasi Jepang yang menuju Makassar yang berhasil mendarat pada tanggal 9 Februari 1942.
Kru pesawat pengebom Jepang secara keliru melaporkan telah menenggelamkan tiga kapal penjelajah, padahal mereka hanya merusak dua kapal, namun cukup memberikan kerusakan yang cukup parah pada USS Marblehead sehingga memaksa kapal penjelajah tersebut mundur dari wilayah Pasifik.
Baca juga : Martin B-10, Bomber yang Berjuang hingga Akhir di Hindia Belanda