- Kisah Pertempuran Sufetula: Kemenangan Muslim atas Bizantium
- Abdullah ibn Sa’ad dan Kemenangan di Sufetula: Kisah Penaklukan yang Mengubah Sejarah
- Pertempuran Sufetula, yang terjadi pada tahun 647, adalah salah satu pertempuran penting dalam sejarah penaklukan Afrika Utara oleh pasukan Muslim. Pertempuran ini menandai titik balik dalam upaya ekspansi kekhalifahan Rashidun di wilayah Afrika Utara, yang pada saat itu berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Bizantium.
ZONA PERANG (zonaperang.com) Pertempuran Sufetula yang terjadi pada tahun 647 M merupakan salah satu peristiwa penting dalam ekspansi Islam ke Afrika Utara. Konflik ini melibatkan pasukan Muslim yang dipimpin oleh Abdullah bin Sa’ad seorang panglima yang cakap dan berpengalaman melawan pasukan Bizantium yang mempertahankan wilayah Ifriqiya (sekarang Tunisia). Kemenangan Muslim dalam pertempuran ini menandai titik balik bagi kekuasaan Bizantium di kawasan tersebut serta membuka jalan bagi penyebaran Islam di Afrika Utara.
“Pertempuran Sufetula bukan hanya sekadar konflik militer biasa, tetapi menjadi titik balik dalam sejarah penaklukan Muslim di Afrika Utara. Pertempuran ini melibatkan pasukan Kekhalifahan Rashidun di bawah pimpinan Abdullah bin Sa’ad bin Abi Sarh melawan Kekaisaran Bizantium yang dipimpin oleh Gregory sang Patrician. Kemenangan Muslim dalam pertempuran ini membuka jalan bagi penyebaran Islam di wilayah Afrika Utara dan mengubah peta politik serta budaya di kawasan tersebut.”
Baca juga : Apakah Islam adalah Agama Perang?
Baca juga : Penaklukan Muslim di Mesir (640 M): Pertempuran Babilonia dan Heliopolis
Latar Belakang Pertempuran Sufetula
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW pada tahun 632 M, Kekhalifahan Rashidun mulai memperluas wilayahnya ke luar Jazirah Arab. Afrika Utara, yang saat itu berada di bawah kekuasaan Bizantium, menjadi target strategis karena lokasinya yang menghubungkan Mediterania dengan wilayah sub-Sahara. Bizantium, yang sudah lemah akibat perang berkepanjangan dengan Persia, kesulitan mempertahankan wilayahnya di Afrika Utara.
“Sejak masa Khalifah Umar bin Khattab, ekspansi Islam telah menyebar ke berbagai wilayah, termasuk Mesir yang ditaklukkan oleh Amr bin Ash. Namun, Afrika Utara bagian barat masih berada di bawah kendali Bizantium.”
Pada tahun 645 M, Abdullah bin Sa’ad ditunjuk sebagai gubernur Mesir oleh Khalifah Utsman bin Affan. Ia memimpin ekspedisi militer ke Afrika Utara dengan tujuan memperluas pengaruh Islam dan mengamankan jalur perdagangan. Sufetula (sekarang Sbeitla, Tunisia) dipilih sebagai target karena merupakan pusat kekuasaan Bizantium di wilayah tersebut dan basis kekuatan Gregory sang Patrician, penguasa lokal yang memberontak terhadap Bizantium.
Sebelum pertempuran, wilayah Eksarkatus Afrika mengalami ketidakstabilan akibat konflik internal antara penduduk Kristen Kalsedon dan pendukung Monotelitisme. Pada tahun 642-643, pasukan Muslim telah berhasil merebut Cyrenaica dan sebagian besar Tripolitania, yang menghentikan ekspansi Bizantium ke barat. Pada tahun 646, mantan raja Gregory the Patrician melancarkan pemberontakan melawan Kaisar Konstans II, yang didorong oleh ketidakpuasan terhadap dukungan Kaisar terhadap Monotelitisme serta ancaman dari penaklukan Muslim
Jalannya Pertempuran
Pertempuran Sufetula terjadi pada tahun 647 M di dekat kota Sufetula. Pasukan Muslim, yang terdiri dari sekitar 20.000 tentara, menghadapi pasukan Bizantium dan sekutu lokalnya yang dipimpin oleh Gregory. Pertempuran ini berlangsung sengit, dengan kedua belah pihak menunjukkan taktik dan keberanian yang luar biasa.
- Strategi Muslim:
Abdullah bin Sa’ad menggunakan taktik perang gerak cepat dan memanfaatkan mobilitas pasukan berkudanya untuk mengepung pasukan Bizantium. Ia juga memanfaatkan perselisihan internal antara Gregory dan Bizantium untuk melemahkan koordinasi pasukan lawan.
- Kekuatan Bizantium:
Gregory memimpin pasukan yang terdiri dari tentara Bizantium dan suku-suku lokal Berber. Meskipun jumlah pasukannya besar, mereka kurang terkoordinasi dan mengalami kesulitan menghadapi taktik perang gerilya yang digunakan oleh pasukan Muslim.
Kekaisaran Bizantium, yang saat itu sedang menghadapi berbagai tantangan di wilayah lain, tidak mampu mengirim bala bantuan yang cukup untuk mempertahankan Sufetula.
- Hasil Pertempuran:
Setelah pertempuran berlangsung selama beberapa hari, pasukan Muslim berhasil mengalahkan pasukan Bizantium. Gregory sendiri tewas dalam pertempuran, dan kekalahan ini menyebabkan kekuatan Bizantium di Afrika Utara semakin melemah.
“Dalam pertempuran tersebut, Gregory dibunuh oleh Abdullah ibn Zubayr, yang berkontribusi pada kekalahan pasukan Bizantium. Meskipun ada beberapa sumber yang menyatakan bahwa Gregory selamat dan melarikan diri ke Konstantinopel, mayoritas sejarawan modern menerima catatan bahwa ia tewas di medan perang.”
Dampak Pertempuran Sufetula
Kemenangan Muslim dalam Pertempuran Sufetula memiliki dampak yang signifikan:
1. Ekspansi Islam di Afrika Utara:
Kemenangan ini membuka jalan bagi penaklukan Muslim lebih lanjut di Afrika Utara, termasuk wilayah yang kini menjadi Tunisia, Aljazair, dan Maroko.
2. Melemahnya Kekaisaran Bizantium:
Kekalahan di Sufetula mempercepat kemunduran Bizantium di Afrika Utara. Wilayah ini akhirnya menjadi bagian dari kekuasaan Islam, yang mengubah peta politik dan budaya di kawasan tersebut.
3. Penyebaran Islam:
Setelah penaklukan, Islam mulai menyebar di kalangan penduduk lokal, termasuk suku-suku Berber. Proses Islamisasi ini berlangsung secara bertahap dan membentuk identitas budaya baru di Afrika Utara.
4. Kontrol atas Jalur Perdagangan:
Dengan menguasai Afrika Utara, Muslim memperoleh akses ke jalur perdagangan penting yang menghubungkan Mediterania dengan Afrika sub-Sahara. Ini memperkuat perekonomian Kekhalifahan dan memfasilitasi pertukaran budaya.
Jejak Pertempuran Sufetula
Pertempuran Sufetula tidak hanya menjadi catatan sejarah militer, tetapi juga simbol dari perjuangan dan transformasi besar di Afrika Utara. Pertempuran ini menandai awal dari era baru di wilayah tersebut, di mana Islam menjadi kekuatan dominan yang membentuk peradaban selama berabad-abad.
Keberhasilan di Sufetula juga memperkuat posisi Abdullah ibn Sa’ad sebagai seorang panglima yang dihormati dan diakui kemampuan strategisnya. Selain itu, kemenangan ini mempercepat proses penyebaran Islam di wilayah Afrika Utara dan mempengaruhi perkembangan budaya, sosial, dan politik di wilayah tersebut selama ribuan tahun.
Referensi
- “The History of the Decline and Fall of the Roman Empire” oleh Edward Gibbon
- World History Encyclopedia: Penaklukan Awal oleh Umat Muslim (622-656 M)
- Byzantine Battles: Battle of Sufetula
- Rome Art Lover: Sufetula (Sbeitla), an ancient Roman town in today’s Tunisia
- “The Great Arab Conquests: How the Spread of Islam Changed the World We Live In” oleh Hugh Kennedy
- “The Muslim Conquest of North Africa” oleh David Nicolle
- “The Early Islamic Conquests” oleh Fred M. Donner
- “The Battle of Sufetula (647): A Turning Point in the Muslim Conquest of North Africa” oleh Ahmed S. al-Rahim
- “The Arab Conquest of North Africa and the Berber Resistance” oleh Michael Brett
Baca juga : Patrice Lumumba: Simbol Perjuangan dan Kemerdekaan Afrika
Baca juga : Perang Khaibar (628 M): Kemenangan Strategis di Balik Benteng Kokoh Yahudi