ZONA PERANG(zonaperang.com) Ilyushin IL-28 diberi nama sandi “Beagle” oleh NATO dan nama pelaporan USAF/DoD “Tipe 27”, memiliki banyak keistimewaan dalam sejarah penerbangan – beberapa terkait pertempuran dan yang lainnya lebih bersifat politis.
“Bila dibandingkan dengan pembom sejenis buatan Blok Barat yaitu English Electric Canberra, Il-28 kalah jauh dari sisi teknologi dan kenyamanan. Alat pembidik bom pada Il-28 merupakan buatan era Perang Dunia II, sistem kendalinya masih menggunakan pneumatik yang menguras tenaga daripada hidrolik.”
IL-28 menjadi pesawat pengebom bertenaga jet pertama yang digunakan Uni Soviet pada 1949 dan menjadi andalan Angkatan Udara Soviet selama beberapa dekade setelahnya. Pesawat ini juga merupakan pesawat pertama Uni Soviet yang memasuki produksi dalam skala besar. Beagle juga termasuk dalam paket militer ke Kuba, bersama dengan rudal R-12 Dvina(SS-4 Sandal), R-14 Chusovaya (SS-5 Skean), S-75 Dvina (SA-2 Guideline) yang kemudian memicu Krisis Rudal Kuba pada 1962.
Pengalaman perang
Selain itu, penerimaan beberapa contoh IL-28 ke Mesir merupakan salah satu faktor yang lebih menentukan dalam permusuhan antara negara Arab dan Israel dalam Perang Suez pada tahun 1956. Selain dari seluk-beluk sejarah tersebut, IL-28 sendiri merupakan pesawat yang sangat baik untuk peran pengebom ringan/sedang dan secara luas diekspor ke negara-negara yang bersahabat dengan Uni Soviet.
Mesir adalah pelanggan awal, dan menargetkan Il-28 Mesir di darat adalah prioritas bagi Angkatan Udara Kerajaan Inggris RAF selama Krisis Suez dan kemudian oleh Angkatan Udara Israel selama Perang Enam Hari 1067, dan Perang Yom Kippur 1973.
Dua Il-28 Mesir mungkin telah ditembak jatuh di dekat Sanaa oleh Pemburu Hawker Hunter Angkatan Udara Kerajaan Arab Saudi yang diterbangkan oleh pilot-pilot Inggris, pada tahun 1966.
Tipe ini juga digunakan secara terbatas di Vietnam dan dengan pasukan Afghanistan di Afghanistan. Empat Il-28 eks-Mesir dan dua Il-28 eks-Soviet (semuanya dengan kru Mesir) dioperasikan oleh Angkatan Udara Nigeria dalam Perang Biafra/Nigerian Civil War (6 July 1967 – 15 January 1970).
Baca juga : Pesawat penyergap dan serang darat Sud Aviation Vautour (1950), Perancis
Baca juga : Toyota War : Saat Mobil SUV Berhasil Mengalahkan pasukan tempur modern
Desain
Desain IL-28 mencapai puncaknya pada penerbangan pertama yang dilakukan pada tahun 1948, hanya tiga tahun setelah Perang Dunia 2 berakhir dan beberapa tahun memasuki era jet. Badan pesawat sangat ramping dengan kanopi gelembung di bagian atas untuk pilot tunggal. Hidungnya terbuat dari rumah kaca dan memiliki posisi untuk pengebom.
Seorang awak tambahan dipasang di bagian paling belakang badan pesawat dan mengoperasikan menara meriam kembar NR-23 23mm. Fitur desain yang paling berbeda dari IL-28 adalah nacelles mesin yang memanjang yang dipasang di bawah setiap rakitan sayap monoplane yang dipasang tinggi.
“Keunggulan utamanya adalah mampu menukik dengan cepat ke area target dan mengeluarkan muatannya tanpa tertangkap oleh pesawat musuh. IL-28 mengandalkan kecepatan, akselerasi, kapasitas bom, dan kemampuan pertahanan untuk bertahan.”
Mesin-mesinnya berjenis Klimov dan masing-masing mampu menghasilkan daya dorong hampir 6.000 pon. Sepasang meriam 23 mm juga diberikan kepada pilot, yang dipasang tepat di bawah rakitan hidung. Meskipun sayapnya memiliki desain lurus, bagian ekornya menampilkan permukaan vertikal dan horizontal yang menyapu ke belakang dari pesawat tradisional dan lebih modern. Muatan bom terdiri dari hingga 6.600 pon (2.700 kg) atau 2 x torpedo ringan dalam peran anti-kapal.
Varian
IL-28 muncul dalam beberapa varian operasional, terutama versi pengebom torpedo yang disebutkan di atas bersama dengan pesawat pengintai taktis 3-kursi yang dilengkapi dengan kamera foto. Versi dua kokpit (kokpit kedua yang dapat ditinggikan dapat dilihat tepat di belakang kokpit tradisional di pesawat latih) berfungsi sebagai pesawat latih tanpa radar dan tanpa meriam di IL-28U yang dikenal NATO sebagai “Maskot”.
Meskipun Cinak menerima banyak contoh dari basis IL-28, mereka mengambil lisensi produksi sistem ini dan menamakannya sebagai Harbin H-5. Secara keseluruhan, sekitar 6.000 hingga 10.000 IL-28 Beagle dikatakan telah dibuat dalam semua jenis varian.
Baca juga : Pesawat pembom strategis Handley Page Victor(1952) : Pembom Inggris yang pernah menjadi ancaman Indonesia
Baca juga : 7 April 1945, Operation Ten-Go : Aksi Angkatan Laut Jepang Terakhir dalam Perang Dunia Kedua
Indonesia
AURI mengerahkan Il-28 dengan pengawalan MiG-17 Fresco dalam Satgas (Satuan Tugas) Senopati saat Kampanye Trikora pada tahun 1962. Berbasis di Morotai dan Pattimura, Il-28 bertugas sebagai unit pengelabuan, terbang tinggi sehingga operator radar Belanda fokus padanya sementara pesawat angkut Lockheed C-130B Hercules pemberian Amerika terbang rendah, melaksanakan tugas infiltrasi di Papua Barat (Irian Jaya) dengan menerjunkan pasukan para/lintas udara.
Saat dicanangkan Kampanye Dwikora (penentangan Indonesia terhadap pembentukan Federasi Malaysia & Singapura), Il-28 kembali dilibatkan, kali ini berpangkalan di Medan, Sumatra Utara dan ikut beroperasi bersama-sama alutsista AURI terbaru, pesawat tempur jet supersonik MiG-21 F-13 “Fishbed” dan pembom strategis jet Tupolev Tu-16 “Badger”.
Ada 20 unit Il-28 yang dioperasikan, terdiri atas empat unit versi latih Il-28U, dua unit versi intai / pemotretan udara Il-28R, dan sisanya versi pembom. Nantinya dua unit versi pembom torpedo Il-28T datang sehingga total ada 22 unit.
Angkatan Laut
Karena tugas pokoknya untuk melindungi pulau-pulau utama Indonesia dari serbuan armada kapal musuh, ALRI (Angkatan Laut Republik Indonesia ) memilih versi pembom torpedo (Il-28T) sebanyak 11 unit dan ditambah dua unit versi latih (Il-28U). “Beagle” menjadi kekuatan Skuadron 500 yang baru dibentuk pada tanggal 24 Januari 1964 dengan pangkalan utama di Pangkalan Udara Angkatan Laut/Bandara Juanda, Surabaya.
Untuk mengawaki dan mengoperasikan “Beagle” yang berawak tiga orang ini—pilot, navigator/bombardier, dan operator radio/penembak ekor (tail gunner)—pada periode 1963-1964 ALRI mengirim 13 calon pilot, 13 calon navigator, dan 13 calon operator radio, selain itu ada teknisi mesin, teknisi rangka pesawat, persenjataan, dan elektronik, total mencapai 200 orang dan dikirim dalam tiga gelombang ke Uni Soviet.
Calon pilot ditempatkan di pangkalan AL Uni Soviet di Tokmak, Kirghizstan, dekat dengan perbatasan RRC (Republik Rakyat Cina), sedangkan navigator dan operator radio ditempatkan di Krasnodar lalu ke Primosko-Achtarsk, pantai timur Laut Azov, keduanya merupakan pangkalan AL Uni Soviet.
Tiba
Awal tahun 1965, “Beagle” pesanan ALRI tiba di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya dari Pelabuhan Sevastopol, Laut Hitam. Sebelumnya kru pesawat dari pelatihan gelombang pertama sudah tiba di Indonesia sejak bulan November 1964. Sayangnya satu unit pesawat mengalami kerusakan parah dan tidak bisa dipakai sehingga hanya menyisakan 12 unit.
Setelah dirakit semuanya oleh teknisi Uni Soviet, pengoperasian “Beagle” justru tertunda-tunda akibat adanya pergolakan di tubuh ALRI lewat kasus GPPR (Gerakan Perwira Progresif Revolusioner). Gerakan yang dianggap pembangkangan terhadap perwira senior ini berakibat diberhentikannya cukup banyak personil ALRI termasuk komandan Skuadron 500, yang seluruhnya ditugaskan kembali di institusi sipil milik pemerintah. Baru pada pertengahan tahun 1965, “Beagle” mulai diterbangkan dan dioperasikan Dispenerbal.
Kesulitan suku cadang
Selain empat kanon NR-23 kaliber 23 mm—dua di hidung dan dua di turet ekor dioperasikan oleh tail gunner—senjata utama “Beagle” milik ALRI adalah sepasang torpedo konvensional berukuran kecil atau satu torpedo berukuran besar yang dimuat di dalam ruang bom. Sayangnya pesawat ini tidak pernah diterjunkan dalam operasi militer dan pasca peristiwa pengkhianatan G30S PKI (Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia) Dispenerbal mulai terasa kesulitan dalam menerbangan “Beagle”, pasokan suku cadang dari Uni Soviet tersendat-sendat sampai akhirnya terhenti sama sekali.
Walaupun sempat memiliki tambahan 14 unit “Beagle” eks AURI yang dihibahkan namun tipe ini adalah versi pembom konvensional, tidak cocok untuk tugas anti kapal sesuai doktrin ALRI, ditambah lagi pesawat ini juga kebanyakan sudah tidak laik terbang.
“Beagle” milik ALRI terakhir terbang pada tahun 1970, dengan kehilangan lima unit selama pengoperasiannya, satu unit mendarat darurat di Pantai Banyuwangi, satu unit hilang saat latihan navigasi di Pulau Maselembo, dan tiga unit lainnya kecelakaan saat mendarat, dua di Bandara Kemayoran dan satu di Lapangan Terbang Hasanudin, Ujung Pandang (Makassar).
Baca juga : 29 Juli 1947, Pemboman Udara Pertama Indonesia : Peristiwa Pengeboman Semarang Salatiga Ambarawa
Baca juga : Pesawat pembom tempur Republic F-105 Thunderchief (1955), Amerika Serikat
Karakteristik umum
Kru: 3
Panjang: 17,65 m (57 kaki 11 inci)
Lebar sayap: 21,45 m (70 kaki 4 inci)
Tinggi: 6,7 m (22 kaki 0 inci)
Luas sayap: 60 m2 (650 kaki persegi)
Berat kosong: 12.890 kg (28.418 lb)
Berat kotor: 18.400 kg (40.565 lb)
Berat lepas landas maksimum: 21.200 kg (46.738 lb)
Propulsi: 2 × mesin turbojet aliran sentrifugal Klimov VK-1A, masing-masing berkekuatan 26,5 kN (6.000 lbf)
Kinerja
Kecepatan maksimum: 902 km/jam (560 mph, 487 kn) pada ketinggian 4.500 m (14.764 kaki)
Kecepatan jelajah: 770 km/jam (480 mph, 420 kn) pada 10.000 m (32.808 kaki)
Jangkauan: 2.180 km (1.350 mil, 1.180 nmi)
Ketinggian layanan: 12.300 m (40.400 kaki)
Kecepatan mendaki: 15 m/detik (3.000 kaki/detik)
Persenjataan
Senjata: 4 × meriam Nudelman-Rikhter NR-23 (2 di hidung dan 2 di ekor barbette)
Bom: 3.000 kg (6.600 lb) bom di peyimpanan internal (1.000 kg (2.200 lb) normal) ; Il-28T: Pesawat pengebom torpedo dengan torpedo jenis 45-36ANU 45-36AB TAC, PAT; satu ranjau jenis “Serpej”, AMD-1000, il-28: pembom- UB16-57 atau NAR C-24 serta berbagai jenis bom konvensional.
Baca juga : B-26B Invader: Pembom Terakhir Indonesia
Baca juga : Yahya Ayash, mengubah batu menjadi peledak