Penargetan Israel terhadap konsulat Iran di Suriah merupakan sebuah eskalasi besar. Baik dari sudut pandang keamanan maupun geo-politik, hal ini merupakan pukulan besar bagi Iran. Penargetan konsulat belum pernah terjadi sebelumnya dan sering dipandang sebagai deklarasi perang
ZONA PERANG(zonaperang.com) Iran mempunyai pilihan yang terbatas. Hal ini mungkin menjadi salah satu alasan mengapa perlu waktu lama untuk menutup jendela pembalasan. Mereka berharap dapat memberikan ‘respon terukur’ yang berarti:
- Melewati tangga eskalasi, Tidak melewati ambang batas yang mengarah pada serangan balasan Israel di tanah Iran.
- Menghindari respons yang lemah atau gagal; Hal ini tidak akan memberikan pesan yang kuat dalam hal pencegahan terutama ketika pemimpin spiritual Iran telah mengambil posisi secara terbuka.
Tetapi hal ini telah mengurangi pilihan Iran baik dalam hal lokasi sasaran, senjata, dan sifat respons (Langsung/konvensional-sub-konvensional)
Sementara itu, Israel bersiap menghadapi kemungkinan serangan tersebut:
- Pesawat tempur IAF melakukan patroli udara di sepanjang Perbatasan Utara, Timur, dan Selatan.
- Spoofing GNSS/Global navigation satellite system intensif yang dilakukan Israel telah berlangsung selama berhari-hari.
Ini dimaksudkan untuk menghadapi ancaman Drone dan Rudal Jelajah Serangan Darat (LACM) setelah terlepas dari lokasi peluncurannya.
Sementara itu, AS telah memindahkan Carrier Strike Group ke Laut Merah yang berarti SM-6 atau RIM-174 Standard Extended Range Active Missile (ERAM) milik Aegis dapat digunakan untuk melawan rudal balistik.
Oleh karena itu, respons ini bisa berlapis-lapis yang melibatkan ketiga drone, LACM, dan rudal balistik untuk mengalahkan pertahanan udara.
Pencegatan rudal AS dapat meredakan situasi, Iran menyampaikan pesan, Israel menahan diri dari pembalasan, dan AS mampu meredakan ketegangan.