Tentang Kisah sekelompok anggota Angkatan Udara Uni Soviet yang ikut terlibat dalam konflik di Irian Barat.
ZONA PERANG (zonaperang.com) – Suatu hari di tahun 1962, beberapa prajurit Resimen Tempur ke-831 dipanggil secara mendadak ke Moskow. Di depan para anggota Angkatan Udara Uni Soviet(VSS) itu, seorang petinggi militer bernama Letnan Jenderal A.F. Semyonov mengumumkan bahwa dalam waktu beberapa hari ke depan mereka akan ditugaskan di suatu tempat yang merupakan salah satu titik konflik di dunia.
“Dia tidak menyebut tempat atau nama negara mana pun saat itu kepada kami. Yang jelas wilayah yang akan dituju, menurut dia, memiliki perbedaan adat istiadat dan cuaca yang sangat berbeda dengan negara kami,” ungkap K. Dimitriev, seperti dikutip oleh sejarawan militer Uni Soviet Alexander Okorokov dalam buku Тайные войны СССР (Perang Rahasia Uni Soviet).
Beberapa hari kemudian, Dimitriev dan kawan-kawannya sudah berada di pesawat sipil turboprop Ilyushin-18 (Il-18). Setelah transit di Tashkent(Uzbekistan), New Delhi(India) dan Rangoon(Burma/Myanmar), mereka belum juga mendapatkan kepastian akan menuju negara mana.
Barulah ketika pesawat lepas landas, di atas Rangoon, kopilot memberikan kepada mereka masing-masing sebuah amplop.
“Isinya pemberitahuan bahwa kami akan dikirim dalam suatu misi tempur ke Indonesia,” ujar ahli spesialis senjata udara itu.
Baca Juga : 19 Desember 1961 – Operasi TRIKORA : Pembebasan Irian Barat(Papua) Dimulai
Baca Juga : 7.000 Tentara Bayaran Wagner Rusia Masih Beroperasi di Libya
Di Indonesia, para instruktur dan teknisi pesawat tempur Uni Soviet itu kemudian ditempatkan di Pangkalan Udara Iswahyudi, Madiun. Selain anggota Resimen Tempur ke-831, ikut pula para kru Angkatan Udara Uni Soviet dari Personel ke-2 Skuadron Resimen Pesawat Tempur Pengawal ke-32 yang berkedudukan di Pangkalan Udara Kubinka(dekat Moscow).
“Semua sukarelawan Rusia itu dipimpin oleh seorang kolonel udara bernama Loginov,” ungkap Okorokov.
Resminya, kehadiran para tentara udara Uni Soviet tersebut merupakan bagian dari fasilitas pembelian sejumlah pesawat tempur yang dilakukan Indonesia dari negeri Beruang Merah tersebut.
Misi Nasution(Abdul Haris Nasution, Menteri Pertahanan dan Keamanan Indonesia saat itu) yang dilakukan pada akhir 1960, meniscayakan Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) mendapatkan sejumlah pesawat tempur canggih pada era itu, seperti pembom Tu-16/Tu-16KS Badger, penyergap MIG-17 Fresco, penempur bermesin ganda MIG-19S Farmer, jet supersonik MIG-21 Fishbed dan pesawat angkut berat pesaing C-130 Hercules : An-12 Cub.
Baca Juga : Daniel Alexander Maukar, Pilot AURI yang Nekat Menembaki Istana Negara
Untuk mengoperasikan semua pesawat terbang itu, tentunya diperlukan para instruktur dan tenaga teknis dari Uni Soviet. Terutama itu diutamakan untuk jenis pesawat-pesawat tempur yang secepatnya akan diterjunkan di palagan Irian Barat. Maka atas persetujuan langsung dari Perdana Menteri Nikita Khrushchev, para sukarelawan Uni Soviet pun dikirim ke Indonesia.
Soal keberadaan para kru AU Uni Soviet itu diakui sendiri oleh Marsda (Purn) R. Wisnu Djajengminardo dalam bukunya Kesaksian: Memoar Seorang Kelana Angkasa. Menurut mantan Asdir Latihan&Operasi Direktorat Operasi Markas Besar Angkatan Udara (MBAU) itu, para penerbang asing tersebut memang pernah ada. Mereka sepengetahuan Wisnu berfungsi sebagai instruktur bagi para calon pilot pesawat tempur AURI.
“Instruktur-instruktur itu memberikan latihan terbang transisi pada penerbang-penerbang Tu-16 AURI di Iswahyudi…” ungkap Wisnu.
Baca Juga : Pangkalan TNI Angkatan Udara Iswahyudi (Lanud Iswahjudi) Madiun
Wisnu malah ingat, salah satu dari instruktur Rusia itu telah gugur dalam suatu latihan terbang malam di landasan Lanud Iswahyudi. Ceritanya, perwira AU Uni Soviet itu sedang melakukan latihan mengoperasikan Tu-16KS dengan seorang penerbang AURI bernama Soewandi. Pada saat akan mendarat, pesawat mengalami kecelakaan (crash). Akibatnya, sang penerbang Rusia langsung tewas dan Soewandi luka-luka.
“Penerbang-penerbang Rusia itu enggan menggunakan flight helmet, karena menganggap itu suatu luxury…Karena tidak menggunakan helmet, (saat crash) tengkuknya terpukul oleh batang besi yang lepas dari belakang tempat duduk pilot,” ujar Wisnu.
Baca Juga : Tupolev Tu-16 Badger (1952) : Pembom buatan Soviet yang pernah menggetarkan Belanda
Sumber Rusia mengamini informasi yang disampaikan Wisnu itu. Dalam bukunya, Okorokov mengidentifikasi instruktur yang mengalami kecelakaan tersebut sebagai Mayor Oleg Borisenko. Bahkan sebagai bentuk penghormatan, pemerintah Uni Soviet telah menganugerahi mendiang Borisenko dengan Bintang Panji Merah. Itu nama salah satu penghargaan militer tertinggi di masa Uni Soviet berjaya.
Kecelakaan fatal pun pernah dialami oleh kru Uni Soviet lainnya di Lanud Iswahyudi. Adalah Letnan Senior Mikhail Grankov, teknisi MIG-21 “balalaika” yang harus menemui ajal karena mobil GAZ-69 yang dikendarainya ditabrak sebuah truk militer.
Baca Juga : KRI Irian (201) : Penjelajah kelas Sverdlov andalan ALRI (TNI-AL) untuk melawan Belanda di Papua
Baca Juga : SA-2 Guideline: Rudal Darat Ke Udara Legendaris AURI
Berbeda dengan keterangan Wisnu yang menyangkal adanya pilot Rusia yang pernah turun langsung ke palagan Irian Barat, Okorokov justru mendapatkan keterangan yang berbeda dari para veteran yang pernah ditugaskan ke Indonesia. Menurut staf pengajar di Akademi Ilmu Militer Rusia itu, seorang pilot Rusia pernah dikabarkan menerbangkan salah satu pesawat tempur beridentitas AURI lalu menghajar kedudukan sebuah stasiun radar milik Belanda di Manokwari,
Kendati diberitakan sukses menghancurkan kedudukan musuh, pesawat tempur itu tak pernah kembali ke Lanud Iswahyudi. Tak jelas benar, apakah pesawat itu jatuh ditembak musuh atau mengalami kecelakaan saat hendak kembali ke pangkalan.
“Dia tidak pernah kembali dari misinya…” ungkap Okorokov.
Catatan: sangat sulit dipahami, tidak ada pesawat tempur taktis saat itu yang mampu terbang langsung dari Iswahyudi ke sasaran di Manokwari dan berharap pulang ke Madiun dengan utuh.
Sumber : Historia, dll
https://www.youtube.com/watch?v=0AJXYcC8v9s
Baca Juga : 6 September 1976, Kisah MIG-25 Foxbat Dan Pembelotan Viktor Belenko