- Mengapa Al-Kamil menyerahkan Yerusalem kepada Perang Salib Keenam tanpa perlawanan?
- Perang Salib Keenam (1228–1229), yang juga dikenal sebagai Perang Salib Frederick II, adalah ekspedisi militer untuk merebut kembali Yerusalem dan seluruh Tanah Suci. Perang ini dimulai tujuh tahun setelah kegagalan Perang Salib Kelima dan hanya melibatkan sedikit pertempuran yang sebenarnya. Manuver diplomatik Kaisar Romawi Suci dan Raja Sisilia, Frederick II, menghasilkan Kerajaan Yerusalem yang memperoleh kembali sebagian kendali atas Yerusalem selama lima belas tahun berikutnya serta atas wilayah lain di Tanah Suci.
ZONA PERANG (zonaperang.com) – Dunia Islam tersenyum riang ketika Shalahuddin Al Ayyubi membebaskan Palestina dari cengkraman penjajahan Pasukan Salib. Doa-doa baik dilantunkan untuknya. Khutbah Jum’at di banyak daerah memberitakan kemenangannya. Ulama-ulama datang memberi selamat sembari mendoakan agar Shalahuddin selalu menjadi pemimpin yang baik. Saat itu tahun 1187, dan Shalahuddin membebaskan Al Aqsha setelah 88 tahun dijajah.
Sepeninggal Shalahuddin, kursi Kepemimpinan Negara Ayyubiyyah dipegang oleh keluarga besarnya. Beberapa Sultan mengisi jabatan kekuasaan sampai akhirnya muncul satu Sultan bernama Al Kamil. Sosok itu menjadi penguasa kelima Negara Ayyubiyyah yang berpusat di Mesir, yang sayangnya, di eranya dia “menjual” Kota Baitul Maqdis kepada Raja Frederick II. Ia menggadaikan kota suci yang dulu diperjuangkan oleh Shalahuddin Al Ayyubi, pamannya sendiri. Bagaimana kisahnya?
Gambar sampul: Frederick II (kiri) bertemu al-Kamil (kanan)
Baca juga : Nasib Para Pengkhianat Islam: Tragedi dan Kehinaan yang Abadi
Baca juga : Buku Catatan Kaki dari Gaza, Joe Sacco: “Kisah Tragedi Penjajahan Israel dalam Gambar”
Pemimpin yang kurang berdedikasi
Kisah ini terjadi 35 tahun sejak Shalahuddin membebaskan Palestina. Selama 3 dekade itu, Kaum Muslimin bisa kembali nyaman beribadah di Masjid Al Aqsha dan sekitarnya. Umat Islam benar-benar bisa memeluk Palestina sepenuhnya, tak seperti ketika dijajah Pasukan Salib. Namun, Al Kamil ini berbeda. Ia pemimpin yang kurang berdedikasi. Cenderung lemah dan tidak teguh dalam berprinsip.
Semua itu dimulai ketika gelombang kelima Pasukan Salib datang menyerang Kota Dimyath di utara Mesir tahun 1219. Sultan Al Adil —ayah Al Kamil— mulanya sudah merencanakan untuk menyerah dan memberikan Baitul Maqdis kepada Pasukan Salib, namun musuh tidak setuju. Mereka ingin Palestina dan Mesir seluruhnya. Kabar baiknya, gelombang Pasukan Salib kelima ini akhirnya dipatahkan jua oleh 3 putra Al Adil: yakni Al Kamil, Al Mu’adzam Isa dan Al Asyraf Musa setelah 18 bulan si musuh bercokol di Dimyath.
Musibah justru datang setelah kemenangan. Putra-putra Sultan Al Adil berebut kekuasaan, yakni antara Al Kamil yang jadi penguasa Mesir dan Al Mu’adzam Isa penguasa Palestina. Keduanya memohon bantuan pihak asing untuk saling menyingkirkan. Al Kamil memohon bantuan Raja Frederick II pemimpin Kekaisaran Romawi Suci, sedangkan Al Mu’adzam Isa meminta bala bantuan Kesultanan Khawarizmia.
Salah satu iming-iming yang ditawarkan Al Kamil pada Frederick II adalah Kota Baitul Maqdis dan semua wilayah yang pernah dibebaskan Shalahuddin akan diberikan untuk Pasukan Salib. Sebuah keputusan dangkal yang dilakukan pemimpin muslim hanya karena ia berebut kekuasaan dengan saudaranya sendiri. Frederick II menerima tawaran tersebut dan akhirnya menyiapkan pasukan menuju ke Palestina.
Perang Salib Keenam
Tahukah kita? Ekspedisi Frederick II ke Palestina —disebut dengan Perang Salib Keenam— terhitung sebagai Perang Salib paling aneh; karena Frederick hanya membawa 600 tentara dengan kapal sederhana. Seakan-akan Frederick II sejak awal memang sudah berniat untuk menerima “hadiah” Baitul Maqdis dan tidak perlu berperang untuk mendapatkannya. Namun, kondisi berubah drastis ketika ia sampai di Kota Akka. Apa yang terjadi?
Al Mu’adzam Isa yang menjadi saingan Al Kamil ternyata wafat, dan Al Kamil sudah mendapatkan apa yang ia mau tanpa harus bekerjasama dengan Frederick. Mengetahui kabar terbaru itu, sang raja Romawi sangat kecewa, sebab impiannya telah berkhayal tinggi untuk menjadi penguasa kota suci itu mesti tertunda. Namun ia tak berhenti. Dilakukannya segala hal supaya Al Kamil mau tidak mau menyerahkan kota impian itu padanya.
Frederick mengirim banyak hadiah dan surat khusus kepada Al Kamil, dalam surat itu ia memohon agar Al Kamil menepati janji yang telah ia tawarkan sebelumnya kepada Frederick. Hadiah-hadiah dan surat khusus yang berisi sanjungan serta pujian berlebihan itu membuat Al Kamil entah mengapa jadi hilang akal sehat. Ia dengan serampangan memutuskan untuk benar-benar memberikan Baitul Maqdis kepada Frederick II. Tragis.
Memberikan Kota Baitul Maqdis kepada Frederick II
Pada 18 Februari 1229, bertepatan dengan 22 Rabiul Awwal 626 Hijriah, bertempat di Kota Yafa Palestina; Al Kamil secara resmi memberikan Kota Baitul Maqdis kepada Frederick II dan bersepakat untuk berdamai selama 10 tahun lamanya. Kesepakatan itu sama sekali bukan hak Al Kamil untuk menentukannya. Baitul Maqdis bukan miliknya, tapi milik Umat Islam! Mendengar kabar perjanjian itu tersiar, banyak rakyat marah dan jengkel kepada Al Kamil.
Sejarawan Muslim Al Maqrizi menulis tentang situasi saat itu, “tangisan dan kemarahan merajalela di banyak kota Umat Islam. Banyak pemimpin masyarakat dan Muazin datang berduyun-duyun ke markas Al Kamil. Banyak yang menggedor pintu, mengumandangkan azan berkali-kali di luar waktu shalat tepat di depan istana Al Kamil. Masyarakat mengkritiknya dan mengucap sumpah serapah atasnya.”
Al Kamil panik. Ia tak menyangka bahwa keputusan dangkalnya ternyata sangat menyakiti Umat Islam. Berbagai alasan ia sampaikan kepada masyarakat, namun mereka tak terlanjur sudah mau mendengarkan. Baitul Maqdis pahitnya terjajah lagi selama 15 tahun, dan akhirnya bebas oleh seorang pemimpin bernama Ash Shalih Najmuddin Ayyub pada 11 Juli 1244. Sejak itu Baitul Maqdis berada di tangan Kaum Muslimin 693 tahun lamanya sampai Inggris datang ke sana di Perang Dunia I.
Generasi Shalahhudin
Sumber :
1. Al Kamil fi At Tarikh, Ibnu Al Atsir
2. As Suluk Li Ma’rifati Duwalil Muluk, Al Maqrizi
3. Ad Daulah Al Ayyubiyyah, Dr Ali Ash Shalabi
4. Al Ayyubiyyun Ba’da Shalahuddin, Dr Ali Muhammad Ash Shalabi
5. Situs Islamstory.com
Baca Juga : 2 Oktober 1187, Shalahuddin Membebaskan Baitul Maqdis(Masjid Al-Aqsa) Yerusalem, Palestina.
Baca Juga : 21 Agustus 1969: Mesjid Al Aqsha Dibakar oleh Ekstrimis Yahudi