- Tumenggung Endranata: Pengkhianat yang Mengubah Sejarah Mataram
- Mengungkap Jejak Tumenggung Endranata: Pengkhianat di Tengah Perjuangan Mataram
- Tumenggung Endranata, nama asli Ngabehi Mertajaya, adalah putra dari Tumenggung Wiraguna. Sebelum berkhianat, Endranata adalah seorang panglima perang yang setia kepada Sultan Agung dalam penaklukkan Demak dan wilayah sekitarnya. Namun, pada akhirnya, Endranata membelot terhadap Kerajaan Mataram Islam dengan membocorkan informasi strategi serangan Sultan Agung kepada pihak kolonialis Belanda, yang menyebabkan kegagalan serangan Mataram ke Batavia.
ZONA PERANG(zonaperang.com) Sejarah kerajaan Mataram Islam tidak hanya diwarnai oleh perjuangan besar Sultan Agung dalam membangun kejayaan, tetapi juga intrik politik dan pengkhianatan. Salah satu tokoh yang menarik perhatian adalah Tumenggung Endranata.
Dalam beberapa sumber, ia kadang disamakan dengan Tumenggung Hendranoto, meskipun riwayatnya sering kali diperdebatkan. Siapa sebenarnya Tumenggung Endranata? Apa perannya dalam pemerintahan Sultan Agung? Dan mengapa ia berakhir sebagai cap seorang pengkhianat?
“Dalam sejarah Kesultanan Mataram, terdapat tokoh yang sering menjadi bahan diskusi dan kontroversi: Tumenggung Endranata. Ada kebingungan terkait namanya dengan Tumenggung Hendranoto, namun keduanya adalah individu yang berbeda. Tumenggung Endranata adalah sosok yang memiliki peran penting dalam administrasi Mataram serta terlibat dalam peristiwa-peristiwa yang mengubah arah sejarah kerajaan tersebut.”
Baca juga : Munir Redfa: Pilot Pengkhianat Irak yang Menyelamatkan Israel
Baca juga : 27 Agustus 1628, Penyerbuan Ke Batavia: Serangan Agung Sultan Agung
Siapa Tumenggung Endranata?
Tumenggung Endranata memiliki nama asli Ngabehi Mertajaya. Ia adalah putra dari Tumenggung Wiraguna, yang merupakan seorang panglima perang kesayangan Sultan Agung.
Endranata berasal dari keluarga bangsawan yang memiliki pengaruh besar dalam pemerintahan Mataram. Meskipun detail silsilahnya tidak selalu terdokumentasi dengan baik, ia dikenal sebagai bagian dari struktur aristokrat Mataram yang memainkan peran penting dalam politik dan militer pada masa itu.
Jabatan dan Posisi Saat Sultan Agung Menjabat
Sebagai tumenggung, Endranata memiliki posisi strategis di bawah Sultan Agung. Ia bertanggung jawab atas pengelolaan wilayah dan mobilisasi pasukan untuk mendukung kebijakan militer Sultan Agung. Dalam konteks ini, ia berperan aktif dalam berbagai ekspedisi militer untuk memperluas kekuasaan Mataram.
“Ia dipilih karena keahlian militernya dan keberaniannya dalam pertempuran. Sebagai seorang panglima perang, Endranata memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga keamanan dan stabilitas kerajaan.”
Sultan Agung (1593 – 1645) sendiri dikenal sebagai salah satu raja yang berhasil membawa kerajaan Mataram Islam mencapai puncak kejayaan pada 1627, tepatnya setelah empat belas tahun Sultan Agung memimpin kerajaan Mataram Islam. Pada masa pemerintahan Sultan Agung daerah pesisir seperi Surabaya dan Madura berhasil ditaklukan.
Baca juga : Pengkhianat TNI-AL: Kisah Letkol Susdaryanto dan KGB
Baca juga : Sawo kecik dan Pangeran Diponegoro
Kesalahan dan Pengkhianatan Tumenggung Endranata
- Provokasi Perang Saudara, Puncak pengkhianatan Endranata terjadi saat ia memfitnah bahwa Adipati Pragola II ingin melakukan pemberontakan. Mendengar fitnah tersebut, Sultan Agung menyerang Pati dan membunuh Adipati Pragola II dengan tombak kyai baru. Perang saudara ini membawa kerugian besar bagi kedua kubu, baik secara materi maupun nyawa.
- Membocorkan rahasia perang dan posisi lumbung logistik, karena ketidakpuasannya terhadap kebijakan Sultan Agung, godaan dari VOC (Verenigde Oost-Indische Compagnie) Belanda mampu membutakan Endranata hingga tega mengkhianati Sultan Agung dan bangsanya sendiri.
Pengkhianatan Endranata terjadi ketika ia membocorkan rencana serangan Sultan Agung kepada pihak Belanda. Informasi ini membuat VOC siap lebih dulu, sehingga penyerangan Mataram gagal mengusir Belanda dari Batavia.
“Alasan pengkhianatannya tidak sepenuhnya jelas, tetapi beberapa sumber menyebutkan bahwa konflik kepentingan, ketidakpuasan pribadi, atau tekanan dari pihak Belanda bisa menjadi faktor pendorong.”
Akibat Pengkhianatannya
Pengkhianatan Endranata menyebabkan kegagalan serangan Kerajaan Mataram ke Batavia dan menyebabkan kerugian besar bagi kerajaan. Lumbung padi sebagai pasokan logistik ke tentara berhasil dimusnahkan penjajah.
“Tindakan pengkhianatan ini semakin memperkokoh kekuatan kolonial di wilayah tersebut”
Akibat dan Hukuman
Setelah pengkhianatan Endranata terendus dan terbukti, ia ditangkap lalu dihukum mati. Jenazahnya dimutilasi menjadi tiga bagian: kepala dipancang di alun-alun Batavia, kaki dibuang ke laut Jawa, dan badannya dikubur di anak tangga Makam Raja-Raja Mataram di Imogiri sebagai penghinaan bagi pengkhianat tersebut.
Badannya dikubur di tangga makam raja-raja Mataram Imogiri supaya setiap hari masih diinjak-injak oleh peziarah sebagai simbol merendahkan pengkhianat.
“Sultan Agung yang marah memberikan hukuman yang sangat berat kepada Endranata. Hukuman ini dimaksudkan sebagai simbol penghinaan dan pengkhianatan yang tidak terampuni.”
Tumenggung Endranata adalah contoh nyata dari bagaimana ambisi pribadi dapat mengarah pada pengkhianatan yang merugikan banyak pihak, yang juga melemahkan stabilitas sebuah negara. Kesalahannya dalam menentang Sultan Agung menunjukkan betapa pentingnya loyalitas dan intregitas.
Baca juga : Kisah Nyimas Utari, Mata-mata Mataram yang membunuh gubernur jenderal Belanda Jan Pieterszoon Coen
Baca juga : Nasib Para Pengkhianat Islam: Tragedi dan Kehinaan yang Abadi