- Pioneering Flight: The Story of Yak-141 and Its Influence on F-35B Development
- Yak-141: Jet Tempur Revolusioner yang Menginspirasi F-35B
- Yakovlev Yak-141, yang dikenal dengan nama NATO “Freestyle,” adalah jet tempur supersonik yang dirancang pada era Uni Soviet dengan kemampuan lepas landas dan mendarat secara vertikal (VTOL). Pesawat ini dirancang oleh perusahaan Yakovlev untuk memenuhi kebutuhan Angkatan Laut Uni Soviet, terutama karena kurangnya kapal induk besar pada saat itu. Yak-141 menawarkan desain yang inovatif dan mampu mengungguli pendahulunya serta pesawat serupa dari negara lain, seperti Harrier Inggris dan Dassault Mirage IIIV Perancis
ZONA PERANG (zonaperang.com) Dalam dunia penerbangan militer, teknologi Vertical Take-Off and Landing atau VTOL selalu menjadi salah satu tantangan terbesar. Kemampuan untuk lepas landas dan mendarat secara vertikal membuka peluang operasional yang luas, terutama di medan tempur yang terbatas atau di kapal induk.
Salah satu pesawat tempur VTOL paling inovatif yang pernah dikembangkan adalah Yakovlev Yak-141, sebuah karya teknologi Soviet yang tidak hanya mendahului zamannya tetapi juga memberikan pengaruh signifikan pada desain pesawat tempur modern, termasuk F-35B Lightning II milik Amerika Serikat.
Yakovlev Yak-141: Pendahulu yang Terlupakan
Yak-141 Freestyle adalah pesawat tempur supersonik VTOL yang dikembangkan oleh biro desain Yakovlev pada akhir era Soviet. Pesawat ini dirancang untuk menggantikan Yak-38 Forger, pesawat VTOL generasi sebelumnya yang memiliki banyak keterbatasan. Yak-141 pertama kali terbang pada tahun 1987 dan menjadi pesawat VTOL pertama di dunia yang mampu mencapai kecepatan supersonik.
Dengan tiga mesin pendorong—satu mesin lift-kruising utama dan dua mesin lift tambahan di bagian depan—Yak-141 mampu melakukan lepas landas dan pendaratan vertikal dengan stabil. Pesawat ini juga dilengkapi dengan radar canggih, sistem senjata yang memadai, dan kemampuan untuk membawa rudal udara-ke-udara serta bom. Sayangnya, proyek Yak-141 terhenti setelah runtuhnya Uni Soviet akibat masalah pendanaan dan perubahan prioritas militer.
Baca juga: Messerschmitt Me 262: Revolusi Jet Tempur Pertama di Medan Perang
Baca juga: Palagan Ambarawa dan taktik supit urang : Pertempuran yang Menginspirasi TNI-AD
Dari Moskow ke Langit Dunia: Kisah Yak-141 dan Warisannya pada F-35B
Di era Perang Dingin, ketika dunia terbelah antara dua kekuatan raksasa, Uni Soviet melahirkan sebuah ambisi teknologi yang menakjubkan: Yakovlev Yak-141. Dijuluki “Freestyle” oleh NATO, pesawat tempur supersonik ini bukan sekadar alat perang—itulah simbol inovasi yang lahir dari kebutuhan dan tekanan geopolitik.
Dengan kemampuan lepas landas dan mendarat vertikal (VTOL) yang revolusioner, Yak-141 dirancang untuk menjadi jawaban Soviet atas keterbatasan angkatan laut mereka yang kekurangan kapal induk besar. Namun, di balik kehebatannya, ada kisah yang lebih besar—sebuah benang merah teknologi yang membentang dari Moskow hingga ke jet tempur modern Amerika, F-35B Lightning II.
Proyek Yak-141 dimulai pada 1975, ketika Angkatan Laut Soviet membutuhkan pesawat tempur yang bisa beroperasi dari kapal-kapal kecil seperti kapal jelajah kelas Moskow. Biro Desain Yakovlev, yang sudah berpengalaman dengan Yak-38 “Forger,” ditugaskan untuk menciptakan sesuatu yang jauh lebih canggih: pesawat VTOL supersonik yang bisa menandingi kecepatan dan jangkauan jet konvensional Barat.
Hasilnya adalah Yak-141, sebuah keajaiban teknik dengan satu mesin utama R-79V-300 yang dilengkapi nozel putar hingga 95 derajat, ditambah dua mesin dorong vertikal RD-41 di belakang kokpit. Desain ini memungkinkan Yak-141 lepas landas dan mendarat di ruang sempit, bahkan melayang di udara—kemampuan yang belum pernah dicapai sebelumnya oleh pesawat supersonik.
Penerbangan perdana Yak-141 pada 9 Maret 1987 menjadi bukti keberhasilan awal. Dua tahun kemudian, pada Desember 1989, pesawat ini berhasil melayang pertama kali, dan pada 1991, uji coba menorehkan 12 rekor dunia untuk pesawat VTOL—sebuah pencapaian yang membanggakan.
Namun, nasib berkata lain. Pada Oktober 1991, salah satu prototipe jatuh saat mendarat di kapal induk Admiral Gorshkov, dan sebulan kemudian, Uni Soviet runtuh. Proyek Yak-141, yang membutuhkan dana besar, terhenti di tengah kekacauan ekonomi dan politik. Yakovlev, terdesak kebutuhan finansial, mulai mencari mitra asing.
“Meskipun hanya dibuat dalam bentuk prototipe dan tidak pernah beroperasi secara resmi akibat runtuhnya Uni Soviet, teknologi yang dikembangkan untuk Yak-141 memiliki dampak signifikan pada desain pesawat tempur modern. Selama pengujian, Yak-141 mencetak 12 rekor dunia di kelasnya, menunjukkan potensi luar biasa dari desainnya”
Di sinilah cerita menjadi menarik—dan sedikit ironis. Pada 1991, Lockheed Martin, raksasa pertahanan Amerika Serikat, menawarkan kerja sama dengan Yakovlev. Kesepakatan ini, yang baru diumumkan pada 1995, melibatkan pendanaan sekitar $350 juta($729,559,383 nilai 2025) dari Lockheed untuk mendapatkan akses ke data teknis dan pengujian Yak-141. Bagi Soviet yang baru saja runtuh, ini adalah penyelamat; bagi Amerika, ini adalah kesempatan emas untuk mempelajari teknologi VTOL Soviet yang canggih. Kolaborasi berlangsung hingga 1997, dan meski Yak-141 tak pernah diproduksi massal, jejak teknologinya mulai terlihat dalam proyek masa depan Lockheed.
Yakovlev Yak-141, Pendahulu Tersembunyi di Balik Kesuksesan F-35B
Masuklah F-35B Lightning II, varian VTOL dari keluarga Joint Strike Fighter yang menjadi andalan Korps Marinir AS. Debutnya pada 2015 menunjukkan kemampuan yang mencurigakan mirip dengan Yak-141: nozel putar tiga bantalan (three-bearing swivel nozzle) dan lift fan yang memungkinkan lepas landas pendek dan pendaratan vertikal (STOVL). Mesin Pratt & Whitney F135 pada F-35B memiliki kemiripan konseptual dengan sistem Yak-141, terutama dalam pengaturan nozel dan distribusi dorongan vertikal. Banyak yang bertanya: apakah F-35B adalah “cucu” teknologi Yak-141?
Secara teknis, hubungan ini tidak hitam-putih. Lockheed memang mendapatkan data kritis dari Yakovlev, termasuk pengalaman operasional dengan nozel putar dan konfigurasi VTOL. Dokumen NASA dari 1993 bahkan menyebutkan kunjungan ke biro Yakovlev untuk mempelajari teknologi V/STOL Soviet.
Namun, F-35B bukan sekadar salinan. Sistem lift fan “dingin” yang digerakkan poros dari mesin utama adalah inovasi Lockheed yang tidak ada pada Yak-141, yang mengandalkan dua mesin tambahan panas. Material nozel F-35B juga menggunakan keramik tahan panas modern, jauh lebih maju dari paduan vanadium-titanium Yak-141. Dengan kata lain, Yak-141 adalah inspirasi—bukan cetak biru langsung.
“F-35B tidak hanya mewarisi teknologi VTOL dari Yak-141 tetapi juga mengembangkannya lebih jauh. F-35B menggunakan sistem Shaft-Driven Lift Fan (SDLF) yang memungkinkan pesawat untuk beralih antara mode penerbangan konvensional dan VTOL dengan mulus. Sistem ini dianggap sebagai evolusi dari konsep yang pertama kali diuji pada Yak-141.”
Hingga Februari 2025, lebih dari 900 unit F-35 telah diproduksi, dengan F-35B menjadi salah satu jet tempur STOVL paling canggih di dunia. Sementara itu, Yak-141 tetap menjadi kenangan—sebuah prototipe yang gagal mencapai langit penuh, namun meninggalkan warisan tak terduga. Dari puing-puing Uni Soviet hingga kejayaan teknologi Barat, kisah Yak-141 dan F-35B adalah bukti bahwa dalam dunia inovasi militer, batas musuh dan sekutu bisa menjadi kabur demi mengejar langit yang lebih tinggi.
Baca juga: Jet tempur Su-57 Rusia mungkin memiliki ‘cacat fatal’
Baca juga: F-22 vs Rafale: Raptor Dikalahkan? Bagaimana Pemburu Prancis ‘Membunuh’ Jet Tempur Terbaik Dunia
Karakteristik umum
Awak: 1
Panjang: 18,36 m (60 kaki 3 inci)
Bentang sayap: 10,105 m (33 kaki 2 inci)
Tinggi: 5 m (16 kaki 5 inci)
Luas sayap: 31,7 m2 (341 kaki persegi)
Berat kosong: 11.650 kg (25.684 pon)
Berat lepas landas maksimum: 19.500 kg (42.990 pon)
Pembangkit tenaga: 1 × Tumansky R-79V-300 afterburning vectoring-nozzle turbofan, daya dorong kering 108 kN (24.000 lbf), 152 kN (34.000 lbf) dengan afterburner
Pembangkit tenaga: 2 × Rybinsk (RKBM) RD-41 turbojet, Daya dorong 41,7 kN (9.400 lbf) yang masing-masing dimiringkan ke belakang dari vertikal
Kinerja
Kecepatan maksimum: 1.800 km/jam (1.100 mph, 970 kn)
Jangkauan: 2.100 km (1.300 mi, 1.100 nmi)
Jangkauan feri: 3.000 km (1.900 mi, 1.600 nmi)
Ketinggian penerbangan: 15.500 m (50.900 kaki)
Kecepatan pendakian: 250 m/s (49.000 kaki/menit)
Persenjataan
Senjata internal: 1 × meriam GSh-30-1 30 mm dengan 120 butir peluru
Titik keras: 4 titik keras di bawah sayap dan 1 titik keras di badan pesawat dengan kapasitas 2.600 kg (5.733 lb) muatan eksternal dengan ketentuan untuk membawa kombinasi:
Rudal: R-73 Archer, R-60 Aphid, R-77 Adder dan R-27 Alamo untuk peran udara-ke-udara, Kh-25MT dan Kh-35 untuk peran udara-ke-permukaan
Baca juga: Shkval: Mimpi Penerbangan Soviet yang Mirip dengan X-Wing Star Wars
Baca juga: Insiden Laut Baltik 1987: Pilot Swedia dan Penyelamatan Pengintai SR-71 Amerika dari Mig-25 Soviet