Amerika Serikat telah menargetkan Irak setelah Perang Afghanistan
ZONA PERANG (zonaperang.com) Tanggal 19 Maret 2003, Amerika Serikat (AS), bersama dengan pasukan koalisi, terutama Inggris memulai agresi melawan Irak(2003 invasion of Iraq). Mulainya perang ditandai dengan guncangan bom di Ibu Kota Irak, Baghdad(Shock and awe )akibat ledakan yang dilancarkan pasukan Amerika Serikat.
Tuduhan membuat dan memiliki senjata pemusnah massal
Setelah ledakan itu, Presiden AS George W. Bush menyampaikan pidato yang disiarkan televisi. Pidato itu ditujukan kepada seluruh warga AS. “Mulai saat ini, pasukan Amerika dan koalisi berada dalam tahap awal operasi militer untuk melucuti Irak, untuk membesarkan rakyatnya dan untuk membela dunia dari bahaya besar,” kata Bush dikutip history.com
Ancaman Bush
Bush ketika itu membidik Irak, Iran dan Korea Utara.
“Negara-negara kriminal itulah yang menjadi sumber utama senjata nuklir, biologi, kimia untuk para teroris. Tiap negara tahu kami tak bisa dan tak akan menerima negara yang melindungi, mendanai, melatih atau mempersenjatai agen teror,” tegas Bush dalam sambutannya di Citadel, sebuah akademi militer di South Carolina.
Bush mengancam, “Negara-negara yang melanggar prinsip ini akan dianggap sebagai rezim musuh. Mereka telah diingatkan, mereka tengah diawasi dan akan diciduk.” “Bila mereka terus mendukung teroris, nasib mereka akan berakhir seperti Taliban,” ujar Bush.
Ketika itu Bush memuji pasukan militer AS yang terjun di Afghanistan. Ia juga memastikan AS tak akan lelah mengejar Usamah bin Ladin, tersangka utama serangan 11 September lalu.
“Tak ada gua yang sanggup menyembunyikan pasien keadilan AS,” cetus Bush mengingatkan pada jaringan gua dan terowongan di timur Afghanistan yang diduga menjadi tempat persembunyian Usamah dan para letnan Al-Qaidah, organisasi yang dipimpin Usamah.
Namun inti pidato Bush adalah soal senjata perusak masal serta tujuan baru perang melawan terorisme. “Saya telah meminta para penasihat saya agar mengembangkan strategi komprehensif untuk menumpas pengembangan senjata macam itu,” ujarnya.
“Ancaman terbesar bagi peradaban adalah ada segelintir orang jahat yang mampu melipatgandakan aksi pembunuhan dan memperkuat niat untuk membunuh demi membalaskan dendam,” kata Bush.
“Hidup kami, cara pandang kami dan tiap titik harapan kami untuk dunia bergantung pada satu komitmen tunggal yaitu para perancang pembunuhan masal harus dikalahkan dan tak dibiarkan memakai senjata seperti itu,” lanjut Bush yang dengan segala cara menumpas “teroris’ termasuk membekukan aliran dana. “Tapi yang utama adalah kita harus bertindak cepat untuk mengakhiri negara-negara pendukung aksi terorisme,” ujarnya.
Presiden Bush dan para penasihatnya berdalih, perang melawan Irak yang berada di bawah rezim Saddam Hussein dilakukan karena Irak memiliki atau setidaknya sedang dalam proses membangun senjata pemusnah massal. Permusuhan dimulai sekitar 90 menit setelah batas waktu yang ditentukan AS kepada Saddam Hussein untuk meninggalkan Irak.
Jika tidak, AS akan memerangi mereka. Target pertama yang diserang AS adalah basis-basis militer yang diserang dengan menggunakan rudal Tomahawk dari pesawat tempur dan kapal perang AS yang ditempatkan di Teluk Persia.
Padahal sejumlah negara sekutu menilai aksi AS untuk menyingkirkan Saddam Hussein adalah kesalahan besar. Salah seorang yang berpendapat demikian adalah Gerhard Schroeder yang ketika itu menjabat sebagai kanselir Jerman. “Kita harus sangat hati-hati berbicara soal sasaran baru di Timur Tengah,” ujar Schroeder. “Banyak peristiwa mengerikan yang bakal terjadi.”
“Orang-orang jahat, musuh-musuh Allah, tanah air dan kemanusiaan, telah melakukan kebodohan agresi terhadap tanah air dan rakyat kita,” siar radio Republik Irak di Baghdad menanggapi serangan-serangan pasukan AS.
Merebut kota-kota Irak
Pasukan koalisi dengan mudah menggulingkan rezim Saddam Hussein yang sudah dilemahkan secara sistematis lewat sanksi dan embargo selama belasan tahun(sejak sebelum dimulainya perang teluk tahun 1990). Mereka merebut kota-kota besar Irak hanya dalam waktu tiga minggu. Pada 1 Mei 2003, Bush mengumumkan berakhirnya operasi tempur besar-besaran pada 1 Mei 2003, Amerika menang sesuai prediksi.
Terlepas dari kekalahan pasukan Irak, pemberontakan masih tetap berlanjut secara bergerilya. Pemberontakan yang terjadi bertahun-tahun setelah militer AS mengumumkan kemenangannya tersebut mengakibatkan ribuan pasukan koalisi AS terbunuh.
Saddam Hussein ditangkap
Meski perang telah usai, tentara AS tetap memburu Saddam Hussein(28 April 1937– 30 December 2006)dari persembunyiannya. Setelah sembilan bulan masa pencarian, pada 13 Desember 2003, Saddam Hussein Abd al-Majid al-Tikriti berhasil ditangkap. Ia kedapatan bersembunyi di sebuah lubang kecil di kota ad-Dawr, dekat kota asalnya Tikrit.
Saddam Hussein tak melawan dan terlihat pasrah ketika ditangkap. Ia kemudian ditangkap dan diadili dengan tuduhan kejahatan genosida terhadap rakyatnya pada Oktober 2005. Saddam digantung mati pada 30 Desember 2006. AS kemudian mengumumkan berakhirnya perang Irak pada 15 Desember 2011. Sampai detik ini, tudingan Bush tentang Irak yang menyimpan senjata pemusnah massal tak terbukti.
Baca juga : 10 Februari 1258, Pasukan Mongol menduduki Bagdad : Saat warna sungai Tigris Irak berubah menjadi hitam