Pertempuran Ḥaṭṭīn (4 Juli 1187), pertempuran di Palestina utara yang menandai kekalahan dan pemusnahan pasukan Tentara Salib Kristen Guy de Lusignan, raja Yerusalem (memerintah 1186–92), oleh pasukan Muslim Saladin. Pertempuran ini membuka jalan bagi penaklukan kembali kota Yerusalem oleh Muslim (Oktober 1187) dan sebagian besar dari tiga negara Tentara Salib—wilayah Tripoli, kerajaan Antiokhia, dan kerajaan Yerusalem—sehingga membatalkan pencapaian yang dibuat di Tanah Suci oleh para pemimpin Perang Salib Pertama dan mengingatkan Eropa akan perlunya Perang Salib Ketiga.
ZONA PERANG (zonaperang.com) – Sejak dibebaskan oleh generasi Sahabat di era Kekhalifahan Umar tahun 637, Umat Islam memerintah Baitul Maqdis hingga selama 400 tahun sebelum akhirnya tahun 1099 M, belasan ribu pasukan Salib dipimpin oleh Godfrey of Bouillon, seorang bangsawan Prancis menjarah Baitul Maqdis, menyembelih 70 ribu penduduknya dan merampas kehormatan kotanya.
Tahun 1099 Dunia Islam kaget. Kabar kejatuhan ini menyeruak kemana-mana. Tapi mengenaskannya, seruan jihad untuk merebut kembali Baitul Maqdis tak berdengung gagah. Para pemimpin muslim sibuk dengan keadaan negerinya masing-masing. Rakyatnya pun demikian, tak ada suara, tak ada respon positif untuk menyuarakan pembebasan Al Aqsha. Seperti itu yang diabadikan oleh Ibnu Tughri dalam Kitab Nujum Az Zahirah Jilid 5 halaman 150.
⚔️ Awal Mula Kebangkitan
Dunia Islam terpukul, lebamnya parah, bengkak membiru tepat di jantungnya. Namun ia belum mati. Dari ujung dunia Islam, selalu muncul pahlawan yang memecah kesunyian. Salah satu unsur pertama yang memulai untuk menghidupkan semangat pembebasan Al Aqsha adalah Ulama; Imam Al Ghazali dan Syaikh Abdul Qadir Jilani.
Ulama-ulama ini kemudian membangun madrasah pendidikan untuk memulihkan ingatan Umat tentang betapa pentingnya Baitul Maqdis. Dalam perjalanannya, muncullah generasi awal yang untuk pertama kalinya memberi kabar gembira kemenangan Umat Islam atas pasukan Salib. Yang tadinya tersebar mitos bahwa Pasukan Salib tak terkalahkan, ternyata salah satu bentengnya bisa direbut kembali oleh pahlawan satu ini: Imaduddin Zanki.
.
Beliau termasuk orang pertama yang secara serius memperjuangkan kebebasan Palestina dengan kekuatan militer. Alhasil, Kota Edessa Yang dikenal sebagai benteng pasukan Salib direbut oleh Kaum Muslimin pada tahun 1144, 45 tahun setelah Baitul Maqdis terjajah. Perjuangannya dilanjutkan oleh putranya, Nuruddin Zanki.
Baca Juga : 21 Agustus 1969: Mesjid Al Aqsha Dibakar oleh Ekstrimis Yahudi
.
⚔️ Perjuangan Lintas Generasi
.
Perjuangan Nuruddin Zanki akhirnya pun dilanjutkan estafetanya oleh Shalahuddin Al Ayyubi. Dan di tangan beliaulah “finishing touch” pembebasan Palestina mendapatkan puncaknya. Penantian selama 88 tahun Umat Islam, diwujudkan oleh lintas generasi dan disempurnakan oleh kemenangan Shalahuddin di peristiwa penting ini: Perang Hittin!
.
⚔️ Apa itu Perang Hittin?
.
Perang ini terjadi pada 4 Juli 1187, antara 13 ribu mujahid dari Mesir dan Syam(syria, Lebanon, Yordania) menghadapi 60 ribu pasukan Salib yang menetap di Palestina, seperti itu sebagaimana ditulis oleh Tamir Badr dalam Kitab Ayyâmun Lâ Tunsâ halaman 171.
.
Perang ini menjadi penting karena “efek langsung dari pertempuran itu, Umat Islam sekali lagi menjadi kekuatan dominan di Palestina, membebaskan kembali Yerusalem dan banyak kota yang dikuasai Tentara Salib lainnya”, tulis Thomas Madden dalam A Concise History of the Crusades, Rowman & Littlefield.
.
Perang penting ini meletus karena Pasukan Salib. Pada tahun 1187, Raynald dari Châtillon —pejabat penting Pasukan Salib— mencegat sekaligus membantai kafilah haji Kaum Muslimin yang akan berangkat ke Makkah, padahal ada perjanjian antara Pasukan Salib dengan Shalahuddin sebelumnya. Hal ini membuat Kaum Muslimin marah besar dengan ulah Reynald. Namun ternyata ini sekaligus momentum untuk memukul telak pasukan yang bercokol.
.
Siasat Shalahuddin telah membuat hampir semua kekuatan militer Salib keluar dari sarangnya. Namun mereka digiring oleh Shalahuddin menuju ke tempat dimana mereka akan terjepit dan mudah dikuasai. Penggiringan itu benar-benar mengecoh dan memberatkan musuh karena mereka kehabisan suplai makanan dan minuman, ditambah musim sedang puncak panas. Apa yang direncanakan Shalahuddin?
⚔️ Kejeniusan Taktik Shalahuddin
.
Pada 3 Juli, pasukan Salib mulai bergerak ke arah Tiberias dimana mereka mendapat kabar bahwa Shalahuddin akan menyerang wilayah itu. Mereka melewati Mata Air Turan, yang sama sekali tidak cukup untuk menyediakan air bagi pasukan. Pada tengah hari, seorang panglima Salib memutuskan bahwa pasukan tidak akan mencapai Tiberias pada malam hari, dan dia dan Guy de Lusignan —Raja Pasukan Salib— sepakat untuk mengubah arah pasukan untuk membelok ke kiri ke arah Mata air Hittin, hanya 6 mil (9,7 km jauhnya) untuk memperoleh suplai air.
.
Ternyata itu yang memang diinginkan Shalahuddin. Di Hittin, 13 ribu mujahid sudah siaga menunggu. Kaum Muslimin memposisikan diri mereka di antara tentara Salib dan mata air sehingga musuh terpaksa berkemah semalam di dataran tinggi yang gersang dekat desa Meskenah. Kaum Muslimin mengelilingi kamp musuh dengan sangat ketat sehingga “seekor kucing tidak mungkin bisa melarikan diri” tulis Ibnu Atsir, pasukan musuh itu “sedih, tersiksa oleh kehausan” sementara Kaum Muslimin dalam keadaan suplai logistik yang cukup.
.
Sepanjang malam itu, para mujahid semakin menurunkan moral musuh dengan berdoa, bertakbir dan memukul genderang. Mereka membakar rumput kering, membuat tenggorokan tentara salib semakin kering. Tentara Salib sekarang haus, demoralisasi, dan kelelahan. Sementara Kaum Muslimin sebaliknya, memiliki karavan unta yang membawa suplai air dari Danau Tiberias.
Baca juga : Kemenangan yang Tak Terlihat.
.
⚔️ Pertempuran yang Sudah Diketahui Hasilnya
.
Paginya pada 4 Juli 1187, pertempuran meletus, pasukan musuh dibutakan oleh asap dari api yang dihembuskan oleh pasukan Shalahuddin. Sudah pula demikian kondisinya, musuh mendapat hujan panah dari pemanah Muslimin dari divisi yang diperintahkan oleh Panglima Gökböri. Gerard dan Raynald menyarankan Guy untuk membentuk garis pertempuran dan serangan, yang dilakukan oleh saudara Guy, Amalric. Raymond memimpin divisi pertama dengan Raymond dari Antiokhia, putra Bohemund III dari Antiokhia, sementara Balian dan Joscelin III dari Edessa membentuk barisan belakang.
.
Karena kehausan, tentara salib menghancurkan kemah dan buru-buru menuju mata air Hattin, tetapi serangan mereka yang serampangan dihantam balik oleh pasukan Muslimin. Dan ternyata moral musuh semakin ciut karena Reynald de Chatilon malah kabur.
.
Pertempuran selesai, dengan kekalahan telak musuh. Tahanan setelah pertempuran termasuk Guy, saudaranya Amalric II, Raynald de Chatillon, William V dari Montferrat, Gerard de Ridefort, Humphrey IV dari Toron, Hugh of Jabala, Plivain of Botron, Hugh of Gibelet, dan bangsawan lainnya dari Kerajaan Yerusalem. Shalahuddin memerintahkan agar para tawanan lainnya harus diperlakukan secara manusiawi.
.
Meski demikian, ada garda pasukan Templar dan Hospitaller yang dihukum mati atas perintah Shalahuddin. Sebab kedua garda pasukan ini sangat gigih permusuhannya pada Kaum Muslimin dan banyak sekali menjadi dalang pembantaian bengis desa-desa Kaum Muslimin yang mereka ambil alih secara paksa. Keadilan harus tetap ditegakkan dan mereka harus bertanggungjawab atas perbuatan keji yang dilakukan.
Hari itu adalah 4 Juli, tahun 1187. Kemenangan Kaum Muslimin di Hattin merupakan anugerah dari Allah yang luarbiasa. Sebab semenjak peristiwa itu, kota-kota Palestina yang dicengkeram Pasukan Salib kehilangan tentaranya, yang banyak mati di perang Hittin. Selama 4 bulan lamanya Shalahuddin dan pasukannya berkeliling dari satu kota ke kota lainnya untuk dibebaskan. Barulah kemudian pada 2 Oktober 1187, Shalahuddin membebaskan Baitul Maqdis setelah 88 tahun penantian panjang.
.
Generasi Salahudin
.
Referensi :
1. Ayyamun Laa Tunsa, Tamir Badr hal. 171
2. Shalahuddin Al Ayyubi, Dr Ali Muhammad Ash Shalabi
3. Nujum Az Zahirah, Ibnu Tughri
4. A Concise History of the Crusades, Rowman & Littlefield, Thomas Madden
Baca Juga : 2 Oktober 1187, Shalahuddin Membebaskan Baitul Maqdis(Masjid Al-Aqsa) Yerusalem, Palestina.