Cina: Dari Negara Komunis Menjadi Imperialis
ZONA PERANG(zonaperang.com) Cina telah menjadi kekuatan ekonomi global yang semakin dominan dalam beberapa dekade terakhir. Namun, pertumbuhan ekonomi Cina juga disertai dengan kekhawatiran tentang imperialisme baru Cina.
Salah satu bentuk imperialisme baru Cina adalah upaya untuk mengeruk sumber daya alam negara lain. Cina telah berinvestasi besar-besaran di sektor pertambangan dan energi di berbagai negara, termasuk Afrika, Asia Tenggara, dan Amerika Latin. Beberapa negara telah mengalami dampak negatif akibat praktik ini, sementara yang lain masih berusaha menangani implikasinya
Menjajah Dunia dengan Uang dan Utang
Bentuk imperialisme baru Cina lainnya adalah pemberian hutang dalam bentuk pembangunan infrastruktur. Cina telah menawarkan pinjaman lunak kepada negara-negara berkembang untuk membangun infrastruktur, seperti jalan, jembatan, dan pelabuhan. Namun, pinjaman ini sering kali membebani negara-negara penerima pinjaman, yang akhirnya harus menyerahkan aset strategis kepada Cina sebagai jaminan.
“Negara yang berdaulat, kini berada di ambang perubahan besar. Cina, dengan pemimpinnya, telah merencanakan strategi yang cermat untuk memanfaatkan sumber daya alam negara ini. Mereka menawarkan hutang dalam bentuk pembangunan infrastruktur, sebuah janji manis yang sulit untuk ditolak. Namun, di balik itu semua, ada agenda tersembunyi.”
Baca juga : Lukisan 9 Garis Putus-putus: Ambisi Cina di Laut Cina Selatan
Baca juga : Kebijakan berbahaya Presiden Xi Jinping rangkul masyarakat Cina perantauan
Tidak dicantumkan dalam statistik utang resmi
Meskipun Cina tidak mempublikasikan data pinjaman untuk luar negeri, riset yang dilakukan oleh AidData menemukan bahwa 50% pinjaman Cina ke negara-negara berkembang tidak dicantumkan dalam statistik utang resmi. Pinjaman ini seringkali tidak dimasukkan ke dalam neraca keuangan pemerintah, tetapi diarahkan ke perusahaan dan bank milik negara, usaha patungan, atau perusahaan swasta, bukan sebagai utang antar pemerintah
Meskipun Cina telah memberikan hibah dan pinjaman senilai $843 miliar untuk proyek infrastruktur di 165 negara dalam jangka waktu 18 tahun, sebagian besar pinjaman ini berasal dalam bentuk bunga tinggi yang berisiko dari bank-bank milik pemerintah Cina. Para kritikus khawatir bahwa pinjaman dengan bunga tinggi ini akan membebani warga negara yang menjadi peminjam, sementara pemerintah Cina sendiri terus berusaha mempertahankan praktik ini.
Salah satu contoh negara yang mengalami kesulitan dalam melunasi utang kepada Cina adalah Sri Lanka. Negara ini gagal melunasi kewajibannya dalam proyek pembangunan pelabuhan Hambantota, yang akhirnya diambil alih oleh Cina sebagai bagian dari kesepakatan restrukturisasi utang. Meskipun Sri Lanka adalah satu-satunya negara yang benar-benar jatuh dalam utang Cina, kekhawatiran tentang dampak utang Cina tetap ada di banyak negara lain.
Objek penjualan produksi industri Cina
Selain itu, Cina juga menjadikan negara-negara penerima pinjaman sebagai objek penjualan produksi industri Cina. Negara komunis ini telah memperluas ekspor barang-barang manufakturnya ke berbagai negara, termasuk negara-negara berkembang. Hal ini telah menyebabkan defisit perdagangan yang besar di negara-negara penerima pinjaman, yang akhirnya membuat mereka semakin bergantung pada Cina.
Baca juga : Mao Zedong, Pendiri negara komunis Cina dan Pembunuh massal terbesar dalam sejarah dunia
Baca juga : 13 Mei 1969, Kerusuhan besar antara suku Cina dan Melayu di Malaysia
Pengiriman penduduk Cina
Bentuk imperialisme baru Cina yang paling menonjol adalah pengiriman penduduk Cina untuk menguasai lahan di negara tujuannya. Cina telah mengirim jutaan tenaga kerja migran ke berbagai negara, termasuk Afrika, Asia Tenggara, dan Amerika Latin. Tenaga kerja migran ini sering kali bekerja di sektor informal dan tidak memiliki hak yang sama dengan warga negara lokal.
Imperialisme baru Cina telah menimbulkan kekhawatiran di berbagai negara. Negara-negara tersebut khawatir bahwa Cina akan menggunakan kekuatan ekonominya untuk menguasai sumber daya alam, infrastruktur, dan pasar mereka.
Upaya Mengatasi Imperialisme Baru Cina
Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi imperialisme baru Cina. Salah satu upayanya adalah meningkatkan kerja sama antar-negara untuk memperkuat posisi tawar mereka dalam negosiasi dengan Cina. Upaya lainnya adalah meningkatkan investasi di sektor domestik untuk mengurangi ketergantungan pada Cina.
Selain itu, negara-negara juga perlu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya imperialisme baru Cina. Masyarakat perlu memahami bahwa imperialisme baru Cina tidak hanya merugikan negara mereka, tetapi juga seluruh dunia.
Baca Juga : 9 April 1288, Battle of Bạch Đằng : Kegagalan Mongol menguasai wilayah Vietnam
Baca juga : Flying Tigers: Kisah Nyata Pasukan Udara Amerika yang Membantu Cina Melawan Jepang