- Operasi Penjaga Kemakmuran yang dipimpin AS melawan Houthi telah menjadi lelucon
- Australia dan Spanyol menolak permintaan Washington untuk bergabung dalam operasi angkatan laut ‘Penjaga Kemakmuran’ Laut Merah
- Arab Saudi menolak permintaan AS untuk bergabung dalam Operasi Penjaga Kemakmuran melawan Houthi
- AS mulai mengawal kapal-kapal di Laut Merah setelah Operasi Penjaga Kemakmuran untuk menyerang Houthi gagal. Hal ini tentu saja tidak berkelanjutan dan hanya kapal-kapal bernilai tinggi yang akan dikawal.
- Ini adalah pukulan besar bagi postur global AS dan Amerika sekarang harus menghadapi Yaman dengan hanya menggunakan bantuan militer Bahrain dan Seychelles yang”kuat”.
ZONA PERANG(zonaperang.com) Canberra akan mengirimkan enam personel ADF tambahan. AS mengumpulkan sekutu-sekutunya untuk melindungi diri dari serangan Houthi, Bloomberg menginformasikan.
Australia telah menolak permintaan AS untuk sebuah kapal perang untuk membantu melindungi jalur pelayaran internasional di Laut Merah, dengan Menteri Pertahanan Richard Marles mengatakan bahwa fokus strategis negara tersebut harus tetap berada di Indo-Pasifik.
Marles, yang juga menjabat sebagai wakil perdana menteri, mengatakan kepada Sky News pada hari Kamis bahwa Australia tidak akan mengirim “kapal atau pesawat” ke Timur Tengah, tetapi akan melipatgandakan kontribusi pasukannya kepada pasukan maritim yang dipimpin oleh Amerika Serikat.
“Kami harus benar-benar jelas mengenai fokus strategis kami dan fokus strategis kami adalah kawasan kami,” kata Marles.
Belanda, Norwegia, dan Denmark juga menolak untuk mengirimkan kapal perang mereka, sebagai gantinya mereka akan mengirimkan beberapa perwira angkatan laut ke pusat komando AS di Bahrain.
Baca juga : Bantuan senjata untuk Ukraina: Sebagian besar uang tetap berada di Amerika Serikat
Baca juga : (Breaking News) Arab Saudi Mulai Kehabisan Rudal Patriot Dalam Konfliknya Dengan Houthi Yaman
Operasi Penjaga Kemakmuran
AS minggu ini mengumumkan Operasi Penjaga Kemakmuran, sebuah gugus tugas maritim internasional yang dimaksudkan untuk melindungi kapal-kapal perdagangan yang berlayar melalui Laut Merah dari serangan militan Houthi yang berbasis di Yaman. Negara-negara yang berpartisipasi termasuk AS, Inggris, Perancis dan Kanada.
AS merupakan mitra pertahanan terdekat Australia, hubungan yang semakin diperkuat pada tahun 2021 dengan perjanjian keamanan Aukus yang akan memberikan armada kapal selam bertenaga nuklir kepada Canberra.
Kementerian Pertahanan Spanyol membantah klaim Washington bahwa mereka akan berpartisipasi dalam pasukan multinasional untuk berpatroli di Laut Merah.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis ke media Spanyol termasuk ABC dan La Vanguardia, kementerian tersebut mengatakan bahwa Spanyol tidak dapat membuat keputusan secara sepihak, dan tunduk pada keputusan yang dibuat oleh Uni Eropa dan NATO.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan bahwa Spanyol akan menjadi salah satu dari negara-negara yang bergabung dengan inisiatif keamanan 10 negara untuk melindungi perdagangan di Laut Merah dari serangan-serangan Houthi.
Tidak cukup kapal
Angkatan Laut AS mengatakan bahwa mereka tidak memiliki cukup kapal perang untuk memulai Operasi Penjaga Kemakmuran melawan Houthi
Menurut John Konrad (jurnalis maritim), AS telah membangun 24 kapal tempur pesisir yang akan digunakan untuk pertempuran di wilayah pesisir, tetapi AS menolak untuk mengerahkannya.
Rudal balistik anti-kapal dan pesawat tak berawak milik Houthi menjadi perhatian AS.
Baca juga : 22 Mei 1967, Nasser Menutup Selat Tiran : Mempersiapkan Jalan untuk Perang Enam Hari
Baca juga : Golani Brigade : Runtuh dan Hancurnya Mitos Tidak Terkalahkan Tentara Terbaik Zionis Israel
Menargetkan kapal yang memiliki hubungan dengan penjajah zionis Israel
Kelompok militan Yaman ini telah meningkatkan serangan dalam beberapa hari terakhir, menargetkan kapal-kapal yang diduga memiliki hubungan dengan penjajah zionis Israel.
Perusahaan energi BP mengumumkan bahwa mereka menangguhkan pengiriman di wilayah tersebut, mengikuti langkah perusahaan-perusahaan pelayaran besar seperti Evergreen dan Maersk, yang telah menangguhkan operasi pelayaran di lepas pantai Yaman. Perusahaan-perusahaan tersebut memilih untuk mengalihkan rute.
Terganggunya “jalur air yang kritis … mengancam arus perdagangan bebas, membahayakan pelaut yang tidak bersalah, dan melanggar hukum internasional,” menurut menteri pertahanan AS.
Arab Saudi
Para pejabat Saudi mengatakan kepada New York Times bahwa kerajaan memprioritaskan keamanan internal dan kemajuan ekonomi daripada melakukan operasi angkatan laut, dan mengupayakan perdamaian di sepanjang perbatasan selatan setelah konflik delapan tahun yang melelahkan dengan Ansarullah.
“Para pejabat AS mengatakan kepada New York Times bahwa serangan terhadap Houthi dapat memprovokasi respon dari Ansarullah ( terdiri dari berbagai klan dan suku. Tidak hanya klan al-Houthi ) terhadap kapal-kapal Angkatan Laut AS dan dapat merusak gencatan senjata antara Saudi dan Yaman.”
Baca juga : 18 April 1988, Operation Praying Mantis : Serangan balasan Amerika terhadap Iran di Teluk Persia
Baca juga : Fateh-110: Rudal Balistik Iran yang Mengancam Israel
Houthi
Houthi telah mengirim pesan kepada Arab Saudi:
Kami tidak ingin Arab Saudi berada dalam aliansi apa pun untuk mendukung penjajah Israel. Kami akan menanggapi negara mana pun yang membuka wilayah udaranya untuk mengebom Yaman.
Masa depan Arab Saudi berada dalam bahaya dari Israel dan posisi Mesir yang menolak koalisi Amerika di Laut Merah akan melindungi Terusan Suez.
Kami menyarankan Arab Saudi dan UEA untuk tidak berdiri bersama Israel dalam menghadapi mereka yang mendukung rakyat Palestina.
Iran
Amerika Serikat meminta bantuan Iran untuk menahan Houthi menurut Menlu Iran Hossein Amirabdollahian. Teheran mengatakan kepada AS bahwa Amerika adalah pihak yang terlibat dalam perang dan tidak dapat berbicara tentang pembatasan ruang lingkup perang.
‘Pusat Komando (Centcom) militer AS yang menjalankan operasi di Timur Tengah, mengatakan bahwa “serangan ini sepenuhnya dilakukan oleh Iran, meskipun diluncurkan oleh Houthi di Yaman”.’
IRGC – Islamic Revolutionary Guard Corps mengancam situasi yang sama di Selat Gibraltar seperti di Laut Merah. Ada banyak pasukan (Polisario) di Aljazair yang bersekutu dengan Iran, karena Maroko merupakan klien yang sangat dekat dengan Israel
Selat Gibraltar, merupakan rute pelayaran penting bagi perdagangan global, dengan rata-rata 300 kapal melewatinya setiap hari. Ini mewakili sekitar 20% dari total perdagangan maritim dunia dan 80% dari impor minyak dan gas Uni Eropa.
Baca juga : Kebangkitan Cina (dan Kejatuhan Hegemoni Amerika?)
Baca juga : Benarkah Thariq bin Ziyad membakar kapalnya ketika membebaskan Andalusia agar pasukannya tidak kabur?