- Cornelis de Houtman: Penjelajah Belanda yang Mengubah Sejarah Nusantara
- Cornelis de Houtman: Pelopor Belanda di Nusantara, Pahlawan bagi Belanda, Penjajah bagi Nusantara
- Cornelis de Houtman, seorang pelaut Belanda yang lahir di Gouda pada tahun 1565, adalah sosok kunci dalam sejarah awal hubungan antara Belanda dan Nusantara. Keinginannya yang besar untuk menemukan jalur perdagangan rempah-rempah yang menguntungkan mendorongnya memimpin ekspedisi pertama Belanda ke Hindia Timur pada tahun 1595.
ZONA PERANG(zonaperang.com) Cornelis de Houtman adalah sosok yang dikenal sebagai penjelajah Belanda pertama yang berhasil menemukan rute langsung menuju Nusantara, membuka jalan bagi masuknya kolonialisme Eropa di Indonesia. Namun, kisahnya bukan hanya tentang seorang pelaut, melainkan juga tentang sifat dan tabiat seorang petualang yang ambisius, penuh intrik, dan terkadang kejam. Perjalanannya ke Nusantara pada tahun 1595-1597 menandai titik awal interaksi kolonial Belanda dengan wilayah ini, yang berdampak luas bagi sejarah Indonesia.
Awal Kehidupan dan Latar Belakang Cornelis de Houtman
Cornelis de Houtman dilahirkan di Gouda, Belanda, pada 1565, dalam keluarga pedagang. Sejak muda, ia sudah mengenal seluk-beluk perdagangan dan sering mendengar cerita tentang kekayaan rempah-rempah yang berlimpah di wilayah Asia Tenggara, terutama di Nusantara. Pada masa itu, rempah-rempah seperti lada, cengkeh, dan pala sangat bernilai tinggi di Eropa.
“Ayahnya, Jacob Corneliszoon de Houtman, adalah seorang pedagang bir yang sukses. Keluarga De Houtman memiliki tradisi bisnis yang kuat dan ambisius, yang kemungkinan besar telah mempengaruhi aspirasi Cornelis untuk menjadi seorang penjelajah. Pendidikan formalnya tidak tercatat secara spesifik, tapi diyakini bahwa ia belajar navigasi dan perdagangan dari ayahnya sendiri.”
Kisah-kisah kekayaan dari Timur inilah yang menginspirasi Cornelis untuk menjelajah dunia dan menemukan jalur perdagangan yang langsung menuju Asia, tanpa harus bergantung pada jalur yang dikuasai Portugis.
Baca juga : Pengepungan Gaza 332 SM: Ujian Kritis bagi Ambisi Alexander Agung
Baca juga : Apakah Bajak Laut Memakai Penutup Mata Karena Luka? Jawaban yang Mengejutkan
Perjalanan Menuju Nusantara: Memulai Ekspedisi Bersejarah
Pada 1592, Cornelis dan adiknya Frederik ditugaskan oleh pedagang Belanda untuk mempelajari rute menuju Nusantara melalui pelabuhan-pelabuhan yang ada di Eropa dan Afrika. Setelah bertahun-tahun persiapan dan pemetaan, pada 1595, Cornelis akhirnya memimpin ekspedisi pertama Belanda yang berhasil mencapai Nusantara. Ia berlayar bersama saudaranya, Frederick de Houtman, dengan empat kapal.
“Profil Cornelis de Houtman dimulai dengan misi pertamanya ke Lisboa pada tahun 1592. Di sana, ia mencari informasi tentang Kepulauan Rempah-Rempah dan mempelajari catatan-catatan perjalanan Jan Huyghen van Linschoten, seorang navigator Belanda yang sudah pernah ke India. Informasi ini sangat berharga karena Van Linschoten telah menulis tentang rute pelayaran Portugis ke Hindia Barat, termasuk bagaimana mereka menghindari patroli maritim Portugis di Malaka. Dengan data ini, De Houtman berhasil merancang rute yang lebih strategis untuk mencapai Indonesia yaitu melaui selat Sunda.”
Selama perjalanan panjang ini, Cornelis menunjukkan sifatnya yang keras, ambisius, dan kurang bijaksana dalam pengambilan keputusan, yang menyebabkan ketegangan di antara awak kapalnya. Di tengah perjalanan, banyak kru yang sakit atau tewas karena penyakit, termasuk penyakit kudis. Namun, mereka tetap melanjutkan perjalanan hingga akhirnya tiba di Banten, wilayah yang kini menjadi bagian dari Indonesia.
“Ekspedisi De Houtman berlayar dari Amsterdam pada bulan April 1595 dengan empat kapal—Amsterdam, Hollandia, Mauritius, dan Duyfken—and 249 awak. Setelah berbulan-bulan berlayar, mereka akhirnya tiba di pantai barat Afrika dan Tanjung Harapan sebelum melanjutkan ke Samudra Hindia. “
Tabiat dan Perilaku Cornelis de Houtman di Nusantara
Saat tiba di Banten pada tahun 1596, Cornelis tidak menunjukkan sikap yang ramah atau diplomatis terhadap penduduk lokal. Ia justru terlibat dalam konflik dengan para pedagang setempat, yang dipicu oleh sifatnya yang arogan dan tidak sabar. Ia juga tidak menghargai tradisi dan adat istiadat lokal, yang membuat para penguasa setempat merasa terganggu dan marah.
Karena konflik ini, Cornelis dan rombongannya diusir dari Banten. Meski begitu, ia tetap melanjutkan perjalanan ke tempat lain di Nusantara, termasuk wilayah Sumatra dan Madura. Namun, sikap Cornelis yang kasar dan kerap kali memandang rendah penduduk lokal terus menimbulkan masalah di setiap tempat yang ia kunjungi.
“Setelah gagal di Banten, De Houtman lanjutkan perjalannannya ke utara pantai Jawa. Kapal-kapalnya takluk ke pembajak Madura dan beberapa awak ditangkap. Pertumpahan darah terjadi lagi ketika seorang pangeran Madura terbunuh dalam salah pengertian. Akhirnya, mereka berhasil membeli rempah-rempah di Bali meskipun dengan tantangan berat.”
Baca juga : Afghanistan: Kuburan bagi Bangsa-Bangsa Penjajah
Pertemuan dengan Penguasa Lokal dan Perang Singkat di Nusantara
Cornelis bertemu dengan berbagai penguasa lokal selama di Nusantara. Namun, karena gaya kepemimpinannya yang agresif, ia jarang berhasil mendapatkan dukungan atau hubungan dagang yang stabil. Bahkan, di beberapa tempat, konflik fisik terjadi antara rombongannya dan penduduk setempat.
Salah satu peristiwa terkenal adalah bentrokan di Madura, di mana Cornelis terlibat dalam pertempuran singkat yang mengakibatkan beberapa awaknya tewas. Konflik-konflik ini semakin memperburuk hubungan antara orang Belanda dan penduduk lokal.
Kepulangan ke Belanda dan Akhir yang Tragis
Pada akhirnya, ekspedisi Cornelis gagal mencapai tujuannya untuk menjalin hubungan dagang yang stabil dengan penguasa-penguasa lokal Nusantara. Meski begitu, Cornelis kembali ke Belanda dengan membawa informasi berharga mengenai rute ke Nusantara dan beberapa sampel rempah-rempah yang ia kumpulkan. Saat tiba di Belanda, ia disambut sebagai pahlawan oleh sebagian kecil kalangan, terutama di antara para pedagang dan pejabat yang haus akan informasi tentang rute perdagangan baru.
“Meskipun ekspedisinya gagal total dalam hal tujuan utamanya—memperoleh rempah-rempah secara langsung—De Houtman berhasil membawa pulang beberapa barang-barang berharga seperti 240 kantong lada, 45 ton pala, dan 30 bal bunga pala kepada negaranya.”
Namun, tidak lama setelah kepulangannya, nasib tragis menimpa Cornelis de Houtman. Ia kembali melakukan ekspedisi lain ke negeri Aceh pada tahun 1599, tetapi kali ini perjalanannya berakhir dengan kematian. Cornelis terbunuh dalam konflik dengan para penguasa Aceh, dan tubuhnya tidak pernah kembali ke Belanda.
“De Houtman terlibat dalam beberapa konfrontasi fisik selama perjalanannya. Salah satunya adalah pertempuran melawan Inong Balee laksamana Keumalahayati atau Malahayati di Kesultanan Aceh yang berujung pada kematian De Houtman sendiri pada 11 September 1599″
Warisan Cornelis de Houtman
Meskipun Cornelis de Houtman tewas di Aceh, jejaknya dalam sejarah Indonesia dan Belanda tetap terasa kuat. Ia adalah pelopor yang membuka jalan bagi kolonialisme Belanda di Nusantara, yang berlangsung hingga berabad-abad kemudian. Meski ekspedisinya kerap diwarnai konflik dan kegagalan diplomasi, informasi yang ia bawa ke Belanda menjadi dasar penting bagi perusahaan dagang Belanda, VOC, dalam merencanakan ekspedisi-ekspedisi berikutnya yang akhirnya berhasil mendominasi perdagangan di Nusantara.
Kisah Cornelis de Houtman adalah pelajaran tentang ambisi tanpa kedewasaan diplomasi, dan bagaimana seorang penjelajah dengan visi besar juga bisa terjatuh karena sifat dan tabiatnya sendiri. Ia bukanlah pahlawan dalam arti yang sesungguhnya, tetapi ia adalah simbol dari awal kolonialisme Eropa di wilayah yang kaya akan budaya dan sumber daya alam.
Baca juga : 4 Januari 1493, Fakta Gelap di Balik Pelayaran Christopher Columbus
Baca juga : Penjajahan Yerusalem, Pembebasan Konstantinopel dan Penguasaan Nusantara oleh Barat