- Islam: Agama Perdamaian atau Perang? Menggali Fakta Sejarah
- Fathu Makkah: Kemenangan Tanpa Pembantaian
- Islam sering kali dituduh sebagai agama yang mempromosikan perang dan kekerasan, namun pemahaman yang lebih mendalam menunjukkan bahwa hal ini tidak sepenuhnya akurat. Dalam sejarah, banyak peperangan yang terjadi pada masa Rasulullah Muhammad SAW adalah sebagai respons terhadap penindasan dan agresi yang dialami oleh umat Islam.
ZONA PERANG(zonaperang.com) Islam sering kali disalahpahami sebagai agama yang menyebar melalui kekerasan dan peperangan. Namun, jika kita melihat sejarah dengan lebih teliti, kita akan menemukan bahwa peperangan yang terjadi pada masa Rasulullah SAW sebagian besar adalah bentuk pertahanan diri dari penindasan dan tekanan yang dialami oleh umat Muslim.
“Untuk memahami hubungan Islam dengan peperangan, kita harus melihat konteks yang lebih luas, terutama pada masa Rasulullah Muhammad ﷺ.”
Dari sekitar 27 peperangan yang terjadi pada masa Rasulullah SAW, hanya satu perang yang merupakan serangan dari pihak Muslim, yaitu Fathu Makkah. Namun, meskipun umat Muslim memiliki kekuatan besar pada saat itu, mereka tidak melakukan pembantaian terhadap musuh-musuh mereka yang lemah. Sebaliknya, mereka menunjukkan belas kasih dan keadilan, yang mencerminkan ajaran Islam yang sebenarnya.
Peperangan dalam Islam bukanlah tujuan, melainkan sarana untuk mempertahankan diri dan melindungi hak-hak asasi manusia. Islam mengajarkan perdamaian, keadilan, dan kasih sayang, dan ini tercermin dalam tindakan Rasulullah SAW dan para sahabatnya.
Baca juga : Perang Opini di Masa Rasulullah SAW: Mengalahkan Romawi di Mu’tah dan Tabuk
Baca juga : Apakah Palestina Akan Berakhir? Dari Afrika Selatan ke Gaza: Pelajaran Perjuangan Melawan Penjajahan
Peperangan pada Masa Rasulullah
Sejarah mencatat bahwa Rasulullah ﷺ memimpin atau mengizinkan sekitar 27 peristiwa perang, yang sering disebut ghazwah. Namun, sebagian besar perang ini bukanlah perang agresif, melainkan reaksi terhadap tekanan dan serangan yang diterima oleh umat Islam.
1. Perang Karena Pembelaan Diri
Sebagian besar perang yang terjadi di masa Rasulullah adalah bentuk pembelaan diri. Contohnya, Perang Badar dan Uhud terjadi karena kaum Quraisy yang terus menyerang kaum Muslimin. Umat Islam tidak memulai permusuhan, melainkan mempertahankan diri dari ancaman nyata.
“Perang dalam sejarah Islam tidak selalu dimulai oleh umat Islam. Banyak perang yang terjadi adalah sebagai respons terhadap agresi dan penindasan dari pihak lain.”
2. Fathu Makkah: Penaklukan Tanpa Pembantaian
Dari seluruh peristiwa perang, hanya Fathu Makkah yang bersifat ofensif. Namun, perang ini menjadi bukti luar biasa dari prinsip Islam tentang belas kasih dan keadilan. Ketika Rasulullah ﷺ dan pasukannya yang kuat berhasil menaklukkan Makkah, tidak ada pembantaian terhadap musuh yang sudah lemah. Bahkan, Rasulullah mengumumkan amnesti umum dengan kata-kata yang terkenal:
“Pergilah, kalian bebas.”
3. Kontras dengan Kekaisaran Lain
Jika dibandingkan dengan kekaisaran besar seperti Romawi atau Persia, yang sering menggunakan pembantaian massal untuk menaklukkan wilayah baru, perilaku Rasulullah ﷺ menunjukkan pendekatan yang sangat berbeda. Islam menekankan keseimbangan antara kekuatan dan belas kasih.
Ajaran Islam tentang Perang
Islam mengajarkan bahwa perang hanya boleh dilakukan sebagai upaya terakhir untuk membela diri atau mempertahankan keadilan. Al-Qur’an dan Hadits memberikan panduan yang jelas tentang etika perang, termasuk larangan membunuh wanita, anak-anak, orang tua, dan orang-orang yang tidak terlibat dalam peperangan. Islam juga menekankan pentingnya perdamaian dan menghindari konflik sebisa mungkin.
Konsep ini sejalan dengan makna kata “Islam” itu sendiri, yang berarti perdamaian. Rasulullah SAW selalu mengutamakan pendekatan damai dalam menyebarkan ajaran Islam. Banyak di antara sahabatnya yang masuk Islam melalui dialog dan contoh teladan yang baik, bukan melalui paksaan atau kekerasan
Islam dan Dakwah Damai
Islam pada hakikatnya adalah agama damai (salaam). Penyebarannya sebagian besar dilakukan melalui dakwah, dialog, dan teladan kehidupan yang baik. Di wilayah seperti Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Islam berkembang pesat melalui pedagang, ulama, dan interaksi budaya tanpa adanya perang.
Dampak Kesalahpahaman
Salah memahami Islam sebagai agama perang tidak hanya merugikan umat Islam tetapi juga menghambat dialog antaragama. Pemahaman yang lebih akurat tentang sejarah dapat membantu menciptakan hubungan yang lebih harmonis di dunia yang semakin saling terhubung saat ini.
Baca juga : Kopi: Dari Ribath di Dunia Islam hingga Mendunia di Peradaban Barat
Baca juga : Bagaimana peran ibu dalam mencetak pahlawan hebat dalam sejarah Islam?