ZONA PERANG(zonaperang.com) Film “Merah Putih Memanggil” diresmikan oleh Panglima Jenderal Gatot Nurmantyo pada hari Jumat, 28 April 2017 di Gedung Suma 2, Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta Timur, sebelum resmi dirilis pada 5 Oktober yang bersamaan dengan hari HUT TNI.
Tepat pada tanggal 5 Oktober 2017, film ini dirilis dan diputar diseluruh bioskop tanah air Indonesia. Diperankan oleh Prisia Nasution (3: Alif Lam Mim) sebagai dr. Kartini, Maruli Tampubolon sebagai Kapten Norman dan Restu Sinaga (Cinta Silver) sebagai Lopez dan Aryo Wahab sebagai Diego, serta beberapa pemain lainnya.
Film “Merah Putih Memanggil” menggunakan dua lokasi berbeda yakni di Gunung Bundar Selatan Bogor, Jawa Barat dan di Pantai Anyer, Banten.
Baca juga : 23 November 1985, EgyptAir Penerbangan 648 : Usaha pembebasan sandera terburuk dalam sejarah penerbangan
Ringkasan
Kisah ini dimulai dengan pembajakan kapal pesiar berukuran sedang berbendera Indonesia oleh teroris internasional di perairan Indonesia. Seorang awak kapal ditembak mati di atas kapal karena melakukan pembangkangan.
Empat awak kapal termasuk kapten kapal bersama dengan tiga warga negara Perancis, satu warga negara Kanada dan satu warga negara Korea Selatan diculik dan dibawa ke sebuah daerah di bagian selatan negara tetangga fiktif Tongo.
Pemimpin penculik Diego meminta uang tebusan kepada negara-negara yang warganya diculik dan tentu saja termasuk Indonesia. TNI tidak bisa berbuat apa-apa karena para teroris berada di negara lain/tetangga.
Hanya 2 x 24 jam
Negara tetangga juga sedang kewalahan menghadapi para teroris ini karena Pemerintahnya sendiri sedang mengalami banyak masalah di dalam negeri. Namun, karena pendekatan dari Pemerintah Indonesia negara tetangga memberikan ijin dan kesempatan kepada TNI untuk masuk ke wilayah tersebut untuk membebaskan sandera yang dibatasi hanya dalam waktu 2×24 jam.
Untuk itu, TNI membuat rencana Operasi Gabungan yang melibatkan seluruh Angkatan. TNI AD melakukan operasi tertutup/pengerahan dengan mengirimkan 1 regu Batalyon Anti Teror Kopassus yang diterjunkan pada malam hari secara free fall.
Dalam keadaan siaga akan dibantu oleh pesawat tempur dari Su-27/30 Flanker TNI AU dan Korvet Kelas Sigma TNI AL dengan meriam OTO Melara 76 mm di pantai serta operasi Kopaska atau Pasukan Katak dan Batalyon Marinir dengan LVTP-7 untuk melakukan pendaratan. Meskipun pasukan khusus tersebut berhasil menyelamatkan para sandera dalam prosedur misi awalnya, mereka malah diburu dan dikejar-kejar oleh pasukan pemberontak. Semua satuan TNI ini akhirnya dilibatkan.
Baca juga : Film Saving Private Ryan(1998) : Kisah Penyelamatan Seorang Prajurit Istimewa