- MiG Alley: Konfrontasi Jet di Langit Korea
- Dimulainya era pertempuran jet Vs jet dalam sejarah
- MiG Alley adalah istilah yang populer dalam sejarah Perang Korea, referensi kepada area di sekitar Sungai Yalu yang menjadi medan pertempuran udara yang intensif antara pasukan udara Amerika Serikat dan Uni Soviet serta Cina. Pertempuran ini berlangsung selama konflik Korea Utara-Selatan dan merupakan salah satu momen penting dalam sejarah operasi udara modern.
ZONA PERANG(zonaperang.com) Di antara awan dan pegunungan Korea Utara, sebuah wilayah udara yang disebut MiG Alley menjadi saksi salah satu pertempuran udara paling intens dalam sejarah modern. MiG Alley, yang merupakan nama tidak resmi dari area di sekitar Sungai Yalu, adalah medan pertempuran bagi pilot-pilot jet Uni Soviet, Cina, dan Korea Utara melawan Amerika Serikat dan sekutunya selama Perang Korea (1950-1953).
MiG Alley menjadi laboratorium pengembangan taktik dan teknologi udara, memacu inovasi dalam desain jet tempur dan strategi udara yang digunakan dalam dekade berikutnya.
Mengapa Disebut MiG Alley?
Nama MiG Alley berasal dari pesawat tempur Mikoyan-Gurevich MiG-15 Fagot, jet tempur buatan Uni Soviet yang mendominasi wilayah udara ini. MiG-15 memiliki keunggulan dalam manuver di ketinggian tinggi dan bersenjata berat dengan meriam Nudelman-Rikhter 23mm dan 37mm, yang sangat mematikan terhadap pesawat musuh. Wilayah ini menjadi tempat pilot MiG bertempur melawan pesawat-pesawat jet AS seperti North American F-86 Sabre, sehingga namanya diabadikan sebagai MiG Alley.
Baca juga : Pertempuran Udara Terakhir: F-14 Iran vs 4 MiG-29 Irak
Baca juga : 11 Pertempuran udara-ke-udara paling epik dalam sejarah militer
Kapan dan Apa yang Terjadi di MiG Alley?
MiG Alley menjadi pusat pertempuran udara selama Perang Korea, terutama antara 1950 hingga 1953. Perang dimulai setelah invasi Korea Utara ke Korea Selatan pada Juni 1950. Ketika pasukan PBB, yang dipimpin oleh Amerika Serikat, mulai menyerang balik dan mendekati Sungai Yalu (perbatasan Korea Utara dengan Cina), Cina dan Uni Soviet mengintervensi, mengirimkan jet-jet tempur dan pilot-pilot terlatih mereka untuk menghadapi aliansi PBB.
Pertempuran di MiG Alley mencapai puncaknya pada tahun 1951, ketika jet tempur F-86 Sabre AS mulai mendominasi pertempuran melawan MiG-15. Meski begitu, MiG Alley tetap menjadi wilayah yang sangat berbahaya, dengan pertempuran udara harian dan risiko tinggi bagi para pilot di kedua belah pihak.
F-86 Sabre dianggap sebagai tandingan yang efektif untuk MiG-15, dan kedua belah pihak mengklaim kemenangan signifikan dalam pertempuran udara ini. Amerika Serikat mengklaim rasio kemenangan yang tinggi, tetapi catatan Soviet menunjukkan angka yang berbeda. MiG Alley menjadi simbol supremasi teknologi dan taktik udara pada saat itu.
“MiG-15 memang bagus, tetapi bukan pesawat tempur super yang akan menebarkan teror di jantung Barat… Tidak diragukan lagi bahwa F-86 adalah pesawat tempur yang lebih baik.” – No Kum-Sok, pilot pesawat tempur Korea Utara yang melarikan diri ke Korea Selatan pada tahun 1953 setelah menerbangkan hampir 100 misi tempur dengan MiG-15
Siapa yang Terlibat?
Blok PBB:
- Amerika Serikat: F-86 Sabre sebagai pesawat utama, Lockheed P-80 Shooting Star, Republic F-84 Thunderjet
Angkatan Udara Sekutu lainnya:
- Royal Air Force: The British Commonwealth Forces Korea (BCFK), Pilot RAF ditugaskan ke Angkatan Udara Amerika Serikat, Korps Marinir Amerika Serikat, dan Angkatan Udara Kerajaan Australia untuk menerbangkan operasi tempur di atas Korea. Pada saat gencatan senjata ditandatangani, 77 awak udara RAF telah menerbangkan operasi tempur di atas Korea. 10 tewas dalam pertempuran, dan 14 lainnya kehilangan nyawa dalam kecelakaan udara.
- Royal Australian Air Force: RAAF membeli Gloster Meteor bertenaga jet dari RAF untuk menggantikan P-51 Mustang mereka setelah pesawat MiG buatan Soviet mengayunkan keseimbangan kekuatan ke arah Cina dan Korea Utara.
- South African Air Force: Skuadron 2 SAAF, yang juga dikenal sebagai “Flying Cheetahs”, tergabung dalam Wing Fighter-Bomber ke-18 Angkatan Udara AS. Skuadron tersebut menerbangkan 12.067 serangan mendadak, kehilangan 74 Mustang dan 4 Sabre. 34 pilot SAAF tewas, dan 8 ditawan. Pilot dan personel skuadron menerima 797 medali, termasuk 2 Bintang Perak, 3 Legion of Merit, 55 Distinguished Flying Crosses, dan 40 Bintang Perunggu.
Blok Komunis:
- Soviet: MiG-15 sebagai pesawat utama, diterbangkan pilot veteran Perang Dunia II, Pilot pesawat tempur dengan skor tertinggi dalam Perang Korea adalah pilot MiG-15 Rusia, Mayor Nikolai Vasilyevich Sutyagin, yang tercatat berhasil menewaskan 22 kemenangan.
- Cina: Unit MiG-15 dari PLAAF, Cina mengirim “Relawan Udara” untuk mendukung Korea Utara. Namun, sebagian besar kemenangan udara di sisi komunis diraih oleh pilot-pilot Soviet.
- Korea Utara: Unit MiG-15 yang dilatih Soviet
Statistik dan Data
Klaim Kemenangan:
- AS mengklaim 792 MiG-15 ditembak jatuh, Pilot-pilot AS terkenal seperti Joseph McConnell dan James Jabara, yang menjadi “ace” (pilot dengan lima atau lebih kemenangan udara) di MiG Alley.
- Soviet mengklaim 1,106 pesawat AS ditembak jatuh
- Angka sebenarnya masih diperdebatkan hingga kini
Rasio Kehilangan:
- Rasio resmi AS: 10:1 dalam favor F-86
- Data Soviet menunjukkan rasio lebih dekat ke 2:1
- Kesulitan verifikasi karena banyak pesawat yang diklaim jatuh di teritori lawanya
Pangkalan
Antung, tepat di seberang perbatasan Sungai Yalu di Manchuria, merupakan pangkalan utama MiG-15. Komunis membangun pangkalan MiG tambahan di area tersebut, yang bersama dengan pangkalan aslinya dikenal sebagai “Kompleks Antung.” Karena berada di Tiongkok, aturan pertempuran mencegah pasukan PBB untuk mengebomnya.
Pangkalan MiG-15 sekunder di Anshan, Liaoyang, Mukden, dan area lain di Tiongkok menyediakan tempat untuk merotasi unit MiG-15 yang tidak ikut bertempur, dan setelah beristirahat, memungkinkan mereka untuk segera dikirim kembali ke Antung.
Pangkalan utama Sabre berada di Kimpo (K-14) dan Suwon (K-13).
Di bawah perintah dari para pemimpin mereka dan dibatasi oleh jangkauan pesawat mereka, pilot MiG-15 jarang terbang di selatan Sinanju atau Sungai Chunchon. Keterbatasan ini menciptakan batas-batas “Lorong MiG.”
Baca juga : PTSD(Post-traumatic stress disorder): Dari Medan Perang ke Kehidupan Sehari-hari
Baca juga : Dari Vietnam ke Gaza: Bagaimana Terowongan Mengubah Jalannya Pertempuran
Peristiwa Penting
- Tawaran $100,000 untuk pilot komunis yang membelot dengan MiG-15
- Berhasil dengan pembelotan Lt. No Kum-sok September 1953
“Black Tuesday” (12 April 1951)
- 44 MiG-15 menghadapi formasi USAF yang terdiri dari 48 B-29 Superfortress yang dikawal oleh 18 F-86 Sabre, 54 F-84 Thunderjet dan 24 F-80 Shooting Stars yang menuju jembatan yang menghubungkan Korea Utara dan Cina Merah di atas Sungai Yalu di Uiju. Penerbang Soviet yang berpengalaman menembak jatuh atau merusak hingga tidak dapat diperbaiki 10 B-29A, satu F-86A dan tiga F-80C, sementara hanya satu MiG yang jatuh
- Perubahan taktik pengeboman PBB
Pertempuran Udara Sejenis
Sebelum MiG Alley:
- Pertempuran Britania 1940: Royal Air Force (RAF) & (FAA) Vs Luftwaffe
- Operation Bodenplatte 1945: diluncurkan pada 1 Januari 1945, merupakan upaya Luftwaffe untuk melumpuhkan angkatan udara Sekutu di Belgium, Luxembourg dan Netherlandsaselama Perang Dunia Kedua.
Setelah MiG Alley:
- Operation Rolling Thunder (Vietnam)
- Operation Bolo (Vietnam)
- Pertempuran Udara Bekaa Valley (Lebanon 1982)
- Operation Desert Storm (1991)
Fakta Menarik yang Jarang Diketahui
Pilot Soviet secara resmi “tidak ada”:
- Pilot Soviet diperintahkan untuk menggunakan bahasa Korea di radio dan dilarang terbang terlalu jauh ke selatan agar keberadaan mereka tidak terdeteksi. Namun, banyak dari mereka tertangkap oleh intelijen PBB.
- Jasad pilot Soviet yang gugur dievakuasi secara rahasia
- Keterlibatan pilot Soviet di MiG Alley tetap menjadi rahasia selama bertahun-tahun, dan baru terungkap setelah Perang Dingin berakhir. Ini memberikan dimensi baru dalam memahami hubungan geopolitik selama Perang Korea.
- Selain merujuk pada kopral Korea yang bertugas bersama mereka sebagai honchos, militer juga akan menggunakan istilah tersebut saat membahas pilot Soviet yang secara tidak resmi menerbangkan jet tempur Korea Utara selama perang. “Pilot Angkatan Udara menyebut orang Rusia sebagai ‘honchos’, pengikut mereka dari Cina dan Korea Utara sebagai ‘tyros’,” kata David Sears dalam bukunya Such Men as These: The Story of the Navy Pilots Who Flew the Deadly Skies.
Kehidupan di Pangkalan:
- Kondisi primitif di kedua sisi
- Masalah logistik serius
- Improvisasi teknis di lapangan
Dampak Cuaca:
- “MiG Weather” jadi istilah khusus
- istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi cuaca di mana pesawat MiG-15 dapat beroperasi dengan lebih efektif dibandingkan dengan pesawat tempur PBB, khususnya F-86 Sabre. Cuaca buruk, seperti awan rendah, kabut, dan hujan, sering kali memberikan keuntungan bagi pilot MiG, yang dapat memanfaatkan kondisi tersebut untuk menghindari deteksi radar dan melakukan serangan mendadak.
MiG Alley bukan hanya tentang pertempuran udara tetapi juga tentang inovasi teknologi dan politik yang beresonansi hingga hari ini. Pertempuran ini meninggalkan warisan yang mempengaruhi taktik militer dan pengembangan teknologi udara selama bertahun-tahun yang akan datang.
Baca juga : Zona Demiliterisasi Semenanjung Korea
Baca juga : The Admiral: Roaring Currents, Film yang Membangkitkan Kebanggaan Bangsa Korea