Perang yang mengubah cara pandang Cina terhadap Uni Soviet dan hubungan bertetangga dengan kawasan
ZONA PERANG(zonaperang.com) Perang Cina-India atau Sino-India yang terjadi mulai tanggal 20 Oktober hingga 20 November 1962 adalah konflik antara India dan Cina, berpusat terutama pada wilayah Aksai Chin yang disengketakan di sepanjang perbatasan kedua negara.
Pemisahan India (1947), yang terjadi tepat pada saat Perang Dingin mulai mengubah lanskap hubungan internasional di seluruh dunia, meninggalkan serangkaian perselisihan perbatasan di anak benua India di mana India, Pakistan, dan Cina bertemu.
Rezim di Beijing, setelah menginvasi negara penyangga Tibet pada tahun 1950, mulai mempersengketakan perbatasan dengan India di beberapa titik antara negara-negara kecil di Himalaya yaitu Nepal, Bhutan, dan Sikkim terlebih New Delhi memberikan suaka kepada pemimpin spiritual Tibet Dalai Lama.
Diabaikan
Aksai Chin khususnya telah lama diabaikan di anak benua ini karena letaknya yang terpencil dan terisolasi. Namun, hal ini berubah ketika Cina mencoba untuk menghubungkan Tibet dengan Xinjiang (juga hasil invasi Cina) dengan membangun jalan militer melalui wilayah tersebut. India keberatan dengan kehadiran Cina di sektor ini, yang diklaim sebagai bagian dari wilayah Ladakh di bawah administrasi India.
Aksi militer Cina semakin agresif setelah India menolak usulan penyelesaian diplomatik Cina sepanjang tahun 1960-1962, dengan Beijing melanjutkan “patroli ke depan” yang sebelumnya dilarang di Ladakh setelah 30 April 1962.
Baca juga : Pertempuran Johnson South Reef 1988 : Invasi dan penguasaan kepulauan Spratly oleh Komunis Cina
Baca juga : 7 Desember 1949, Perang Saudara Cina : Mundurnya pemerintah Republik Cina Nasionalis ke Taiwan
Memanfaatkan krisis Kuba
“Di tengah Krisis Rudal Kuba, Cina meninggalkan semua upaya menuju resolusi damai pada 20 Oktober 1962, menyerbu wilayah yang disengketakan di sepanjang 3.225 kilometer (2.004 mil) perbatasan di Ladakh dan di seberang Garis McMahon ( garis perbatasan antara India Timur Laut dan Tibet yang diusulkan oleh administrator kolonial Britania Henry McMahon dalam Konvensi Simla 1914 yang dianggap tidak sah oleh pemerintah Cina) di perbatasan timur laut.”
Setelah sejumlah pertempuran perbatasan kejam antara tahun 1959 dan 1962, yang dimulai pada awalnya sebagai produk sampingan dari pemberontakan di Tibet, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) Cina dengan paksa menyerang melintasi perbatasan-perbatasan yang disengketakan pada tanggal 20 Oktober 1962.
Kepemimpinan Cina memilih puncak dari krisis rudal Kuba sebagai momen serangan mereka, tampaknya mengharapkan krisis yang lebih berlarut-larut di Kuba yang akan mengalihkan perhatian negara-negara adidaya untuk melakukan intervensi di India.
Permohonan bantuan
Tetapi resolusi cepat di Kuba yang mendukung Amerika Serikat memungkinkan Washington untuk menanggapi permintaan bantuan dari Perdana Menteri India pertama Jawaharlal Nehru.
Nehru menulis dua surat pada tanggal 19 November 1962 kepada Presiden AS, John Fitzgerald Kennedy (JFK) dengan meminta 12 skuadron jet tempur dan sistem radar modern. Jet-jet ini dianggap perlu untuk memperkuat kekuatan udara India sehingga pertempuran udara ke udara dapat dimulai dengan aman dari sudut pandang India.
Nehru juga meminta agar pesawat-pesawat ini diawaki oleh pilot-pilot Amerika hingga para penerbang India dilatih untuk menggantikan mereka. Permintaan ini ditolak oleh Pemerintahan Washington karena dianggap akan meningkatkan eskalasi pertempuran.
Negara-negara non-blok termasuk Indonesia sebagian besar tetap tidak terlibat, dan hanya Mesir (secara resmi Republik Arab Mesir) yang secara terbuka mendukung India.
Dengan sebuah kapal induk dari armada ke 7 AS : USS Kitty Hawk (CV-63) yang sedang dalam perjalanan, Perdana Menteri pertama Republik Rakyat Cina Zhou Enlai (pendukung buruh tani yang dipersenjatai di Indonesia) mengumumkan gencatan senjata sepihak pada tanggal 20 November dan segera setelah itu menarik diri dari sebagian besar wilayah yang diserang. Cina tetap menguasai sekitar 14.700 mil persegi (38.000 km persegi) atau seluas provinsi Sulawesi Tenggara di Aksai Chin, dan daerah itu tetap menjadi titik perselisihan antara kedua negara.
Baca juga : Tawang, kota biara India yang didambakan Komunis Cina
Kekalahan telak India
Pasukan Cina mendorong mundur pasukan India di kedua teater, merebut semua wilayah yang diklaimnya di teater barat dan Jalur Tawang di teater timur. Sebagian besar pertempuran terdiri dari perang gunung, yang melibatkan pertempuran berskala besar di ketinggian lebih dari 4.000 meter (13.000 kaki) yang memiliki sedikit oksigen. Perlu dicatat bahwa perang ini terjadi sepenuhnya di darat, hampir tanpa menggunakan aset udara yang signifikan dari kedua belah pihak.
Pasukan India berhasil dikalahkan dengan telak dan memalukan, 7,000 orang terbunuh atau tertangkap, dan dataran rendah Assam terbuka bagi para penjajah komunis.
Soviet membantu India dan bukan sesama komunis : Cina
Ketika perpecahan Sino-Soviet semakin dalam, Uni Soviet melakukan upaya besar untuk mendukung India, terutama dengan penjualan pesawat tempur MiG yang canggih. Pada saat yang sama, Amerika Serikat dan Inggris menolak untuk menjual persenjataan canggih kepada India, yang selanjutnya memaksa India untuk berpaling kepada Soviet untuk mendapatkan bantuan militer.
Konsekuensi konflik tersebut terhadap hubungan Cina dengan Asia Selatan dan Uni Soviet jauh melebihi durasi singkatnya. Koreksi ini mencakup juga hubungan Cina, India, dan Soviet tentang sengketa perbatasan, perang, dan akibat dari perang tersebut.
Pakistan
Pakistan juga berbagi perbatasan yang disengketakan dengan Cina, telah mengusulkan kepada India agar kedua negara mengadopsi pertahanan bersama melawan musuh “utara” (yaitu Beijing), yang ditolak oleh India, dengan alasan ketidaksejajaran.
Pada tahun 1962, Presiden Pakistan Ayub Khan menjelaskan kepada India bahwa pasukan India dapat dengan aman dipindahkan dari perbatasan Pakistan ke Himalaya yang lebih genting. Namun, setelah perang, Pakistan memperbaiki hubungannya dengan Cina. Pakistan memulai perundingan perbatasan pada tanggal 13 Oktober 1962 dan menyelesaikannya pada bulan Desember.
Baca juga : Uni Soviet VS Cina 1969 : Bagaimana Konflik Perbatasan Hampir Memicu Perang Nuklir
https://www.youtube.com/watch?v=v97TzqGzbM4