Inspirasi bagi Generasi Muda
ZONA PERANG(zonaperang.com) Riau pada sekitar abad 17-18 M adalah pelabuhan dagang di kawasan selat Malaka yang sangat menjanjikan. Banyak kapal dagang internasional yang melintas di selat Malaka dengan tujuan singgah maupun berdagang.
Letak yang strategis tersebut menyebabkan timbulnya keinginan dari bangsa Barat untuk menguasai kawasan Malaka. VOC – Verenigde Oostindische Compagnie memulai taktik penguasaan di selat Malaka dengan berusaha mengusir Portugis dari kawasan tersebut.
Dalam jurnal Kesultanan Siak Sri Indrapura : Islam dan Perlawanan terhadap Kolonialisme (2015) karya Ahmad Supandi, disebutkan bahwa pada 1673 M, VOC menawarkan perjanjian kepada kesultanan Johor-Riau untuk bergabung dalam satu kekuatan untuk mengusir Portugis.
Baca juga : Kisah Luar Biasa di Balik Benteng San Paolo: Warisan Penjajahan Portugis dan Kemenangan Tanpa Darah
Baca juga : 31 Desember 1799, VOC yang Super Kaya Bubar Karena Korupsi(Hari ini dalam Sejarah)
Kisah Heroik tentang Perjuangan Melawan Penindasan
Arogansi VOC di Malaka mulai terlihat ketika VOC mendirikan benteng-benteng yang dilengkapi dengan berbagai senjata.
VOC juga melakukan intimidasi terhadap beberapa kesultanan kawasan Selat Malaka terutama di wilayah Riau dengan membuat perjanjian untuk memonopoli perdagangan di Selat Malaka.
Tindakan semena-mena VOC di selat Malaka mendapatkan perlawanan dari Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah yang merupakan raja dari kesultanan Siak Sri Indrapura.
Sultan Abdul Jalil berhasil merebut Johor dan membuat benteng di pulau Bintan. Sayangnya pada 1744 Sultan Abdul Jalil gugur pada saat perlawanan melawan VOC masih berlangsung.
Baca juga : Pembantaian Etnis Melayu 1946: Kekejaman PKI (Partai Komunis Indonesia) di Sumatera Timur
Baca juga : 13 Februari 1755, Perjanjian Giyanti : Terbaginya Kerajaan Islam Mataram oleh Keserakahan dan Tipu daya
Perlawanan berlanjut
Perang antara VOC dan Siak kembali berlanjut pada tahun 1751. Muhammad Abdul Jalil memimpin perang melawan VOC menggantikan ayahnya yang telah meninggal.
Dalam buku Sejarah Kerajaan Siak (2011) karya O.K Nizami Jamil, disebutkan bahwa Pasukan Siak menyerang pulau Guntung dengan diperkuat kapal perang ‘’Harimau Buas’’ pada tahun 1752-1753.
Namun, serangan tersebut dapat digagalkan dengan sistem pertahanan benteng VOC yang berlapis.
Untuk mengakali pertahanan kuat VOC, Sultan Siak mengatur siasat tipu daya dengan berpura-pura ingin berdamai dengan VOC.
Siasat tersebut dinamakan dengan ‘’siasat hadiah Sultan” karena Sultan Siak berpura-pura memberikan hadiah kepada VOC untuk bisa berdamai.
Saat perundingan berlangsung, Sultan Siak memberikan kode kepada pasukannya untuk membunuh pasukan VOC dan membakar loji (bangunan VOC).
Siasat hadiah Sultan berhasil dan membawa kemenangan bagi pihak Kesultanan Siak. Meskipun begitu, kekuasaan VOC di Malaka masih belum bisa dikalahkan sepenuhnya.
Baca juga : Singapura : Negeri melayu yang “hilang”, sebuah pelajaran dan ancaman demografi yang sangat menghantui
Baca juga : 27 Agustus 1628, Penyerbuan Ke Batavia: Serangan Agung Sultan Agung