- Terusan Kra: Perubahan Geopolitik dan Ekonomi di Asia Tenggara
- Terusan Kra, juga dikenal sebagai Terusan Thai, adalah proyek ambisius yang direncanakan untuk menghubungkan Laut Andaman dengan Teluk Thailand melalui daratan sempit di Genting Kra, Thailand. Proyek ini telah menjadi topik perdebatan sejak abad ke-17 dan memiliki implikasi besar bagi ekonomi dan geopolitik di Asia Tenggara.
- Jika terwujud, Terusan Kra bisa menjadi jalur maritim penting yang menyaingi Terusan Suez dan Terusan Panama.
ZONA PERANG(zonaperang.com) Terusan Kra adalah sebuah rencana megah untuk membangun sebuah terusan yang menghubungkan Laut Andaman di Samudra Hindia dengan Teluk Thailand di Samudra Pasifik. Terusan ini akan memotong Semenanjung Malaya di Thailand Selatan, menghubungkan dua samudra dan mempersingkat jalur pelayaran internasional.
Terusan ini dapat meningkatkan persaingan geopolitik antara negara-negara besar seperti Cina, Amerika Serikat, dan India, yang memiliki kepentingan di kawasan Asia-Pasifik.
“Pada tahun 1897, Thailand dan kerajaan Inggris sepakat untuk tidak membangun terusan sehingga dominasi regional pelabuhan Singapura dapat dipertahankan.”
Pada tahun 1946, Thailand dan Inggris menandatangani Perjanjian Damai Inggris-Thailand, yang mengakhiri perang antara kedua negara selama Perang Dunia Kedua. Dari sekian banyak konsesi yang dibuat dalam perjanjian tersebut, salah satu pasal melarang orang Thailand menggali kanal melintasi tanah genting Kra tanpa izin pemerintah Inggris.
Baca juga : Ada Gaza dalam Rencana Proyek Terusan Ben Gurion
Awal Rencana dan Gagasan
Rencana pembangunan Terusan Kra pertama kali diajukan oleh Raja Narai dari Thailand pada tahun 1677. Raja Narai menggagas proyek ini dengan bantuan arsitek Prancis, De Lamar, yang merencanakan pembangunan kanal untuk meningkatkan efisiensi transportasi laut di kawasan Asia Pasifik.
Namun, rencana ini baru mendapat perhatian serius pada abad ke-19 ketika Raja Rama IV dari Thailand mengundang insinyur Inggris, Sir John Bowring, untuk menyelidiki proyek tersebut. Sejak itu, berbagai negara dan perusahaan telah tertarik untuk mengeksplorasi potensi terusan ini.
Meskipun gagasan ini menarik perhatian, berbagai masalah politik dan ekonomi menghalangi pelaksanaannya selama berabad-abad.
Siapa yang Diuntungkan?
Jika Terusan Kra terwujud, beberapa pihak akan mendapatkan keuntungan signifikan:
- Thailand: Proyek ini akan meningkatkan posisi Thailand sebagai pusat perdagangan dan transportasi, mengurangi ketergantungan pada Selat Malaka.
- Cina: Sebagai investor utama, China akan mendapatkan jalur alternatif untuk perdagangan laut, memperkuat pengaruhnya di kawasan tersebut. Jalur ini juga lebih mengamankan kepentingan Beijing jika terjadi konflik dengan Amerika yang kemungkinan besar akan memblokir Selat Malaka
- Negara-Negara Lain: Negara-negara seperti India dan Jepang juga dapat memanfaatkan rute baru ini untuk mengurangi waktu perjalanan dan biaya logistik.
Dampak Ekonomi dan Geopolitik
Jika Terusan Kra berhasil dibangun, dampaknya akan sangat besar. Jalur baru ini dapat menghemat waktu perjalanan hingga 72 jam dan 1.200 kilometer dibandingkan dengan rute tradisional melalui Selat Malaka. Hal ini akan mengubah peta perdagangan internasional dan memberikan keuntungan kompetitif bagi pelabuhan-pelabuhan di Thailand.
“Secara geopolitik, terusan ini dapat mengurangi ketergantungan pada Selat Malaka, yang saat ini adalah salah satu jalur pelayaran tersibuk dan paling strategis di dunia. Ini bisa mengubah pola perdagangan dan meningkatkan pengaruh Thailand di Asia Tenggara.”
Namun, proyek ini juga dapat menimbulkan ketegangan dengan negara-negara yang bergantung pada Selat Malaka, seperti Singapura yang merupakan pihak yang paling diuntungkan dari pelayaran tradisonal di Selat Malaka, Malaysia dan Indonesia. Kehilangan pendapatan dari lalu lintas kapal dapat mempengaruhi perekonomian mereka.
“Konflik Regional, Jika Terusan Kra benar-benar terwujud, persaingan dengan Selat Malaka dapat memicu ketegangan dengan Singapura dan Malaysia, yang ekonominya bergantung pada jalur perdagangan Selat Malaka.”
Baca juga : 5 November 1956, Krisis Suez : Perebutan Terusan Suez antara Mesir-Inggris-Prancis
Baca juga : Tragedi Rohingya: Dari Penindasan di Myanmar hingga Pengungsian yang Tak Berujung
Kesulitan Pembangunan Secara Teknis
Meskipun secara teoritis layak, pembangunan Terusan Kra menghadapi berbagai tantangan teknis:
- Kondisi Geografis: Tanah Genting Kra memiliki banyak titik dangkal yang dapat menyulitkan navigasi kapal besar.
- Biaya Tinggi: Perkiraan biaya pembangunan mencapai sekitar 30 miliar dolar AS (sekitar 428 triliun rupiah), yang memerlukan investasi besar dari pemerintah dan investor swasta.
- Dampak Lingkungan: Pembangunan terusan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan yang signifikan, termasuk perubahan ekosistem lokal.
Hal-Hal Lain yang Perlu Diketahui
- Sejarah Panjang: Gagasan tentang Terusan Kra telah ada sejak abad ke-17, tetapi baru belakangan ini kembali dibahas secara serius dalam konteks inisiatif Satu Sabuk Satu Jalan (OBOR) China.
- Kontroversi Politik: Proyek ini sering kali menimbulkan kontroversi di kalangan politisi Thailand dan masyarakat sipil yang khawatir tentang kedaulatan negara dan dampak sosial-ekonomi.
Dukungan Cina terhadap proyek ini sering dianggap bagian dari strategi untuk memperluas pengaruhnya di Asia Tenggara. Namun, keterlibatan Tiongkok juga memicu kekhawatiran akan ketergantungan Thailand pada investasi asing.
- Alternatif Pembangunan: Beberapa pihak menyarankan alternatif lain seperti pembangunan jalur kereta api atau jalan raya sebagai solusi lebih hemat biaya daripada terusan.
Dampak potensial regional lebih dalam
Terusan ini akan bersaing langsung dengan pelabuhan-pelabuhan di wilayah Selat Malaka, termasuk Port Klang, Tanjung Pelepas, dan Singapura. Menurut laporan bulan Mei 2002 di Malaysian Business Times, dampak apa pun terhadap Malaysia tidak akan terasa selama 15 tahun setelah selesainya terusan ini. Singapura telah menyatakan kekhawatirannya tentang dampak buruk terhadap perekonomiannya dari terusan yang diusulkan. Satu laporan memperkirakan bahwa Singapura mungkin kehilangan 30% dari perdagangan pengirimannya sebagai akibat dari terusan ini.
Menurut analis AS dan India, Terusan Thailand berpotensi meningkatkan kehadiran dan peluang angkatan laut Cina di Samudra Hindia. Dari sudut pandang militer, mereka berspekulasi bahwa Terusan Thailand akan menjadi langkah penting bagi Cina untuk memperkuat apa yang mereka sebut “Untaian Mutiara” Cina, serangkaian aliansi dan pangkalan angkatan laut Cina, termasuk pelabuhan laut dalam di Sri Lanka dan Pakistan. Para analis khawatir bahwa Terusan Thailand, yang dikombinasikan dengan Untaian Mutiara, akan mengepung India secara militer dalam konflik Cina-India yang sedang berlangsung.
Baca juga : 7 September 1977, Amerika setuju untuk mentransfer Terusan Panama ke Panama
Baca juga : Lukisan 9 Garis Putus-putus: Ambisi Cina di Laut Cina Selatan