“Setengah kudeta”
ZONA PERANG(zonaperang.com) Tanggal 17 Oktober 1952 menjadi salah satu hari bersejarah bagi Indonesia. Perlawanan sejumlah perwira TNI AD terhadap Presiden Soekarno. KSAD (saat itu dijabat A.H. Nasution) dan tujuh panglima daerah meminta Dewan Perwakilan Rakyat Sementara (DPRS) dibubarkan.
Pemicunya adalah pemilu yang tertunda-tunda yang dianggap hanyalah taktik DPRS (yang didukung Bung Karno) untuk mempertahankan keadaan yang makin parah. Konflik intern militer dan partai-partai menajam, korupsi meluas, dan keadaan keamanan memburuk.
Baca juga : 5 Maret 1960: Presiden Sukarno Bubarkan DPR Hasil Pemilu Pertama yang demokratis
Meriam dan senapan mesin mengarah ke Soekarno yang tengah berbicara
Pada 13 Juli 1952, Kolonel Bambang Supeno, orang dekat Bung Karno yang sering keluar-masuk Istana, mengirim surat ke Perdana Menteri Wilopo, Presiden dan DPRS, menyatakan tak mempercayai lagi pimpinan Angkatan Perang, khususnya Angkatan Darat (dipimpin Nasution). Bambang Supeno-lah yang melobi Bung Karno sampai Bambang Sugeng akhirnya mengganti Nasution sebagai KSAD. Nasution dipecat. Tujuh perwira daerah ada yang ditahan dan digeser kedudukannya
Sejarah mencatat, ada meriam yang dibawa oleh pasukan tentara Indonesia ditujukan ke istana presiden. Ditambah dengan menggunakan truk-truk tentara, golongan demonstran yang berasal dari luar ibukota diarahkan oleh Seksi Intel Divisi Siliwangi. Ketika demonstrasi terjadi, meriam dan senapan mesin yang berada di atas mobil terlihat ditujukan ke arah Presiden Soekarno yang tengah berbicara.
Awalnya demonstrasi tersebut dilakukan oleh sekitar 5000 orang, lalu diperkirakan jumlahnya bertambah menjadi 30.000 orang. Gedung parlemen menjadi tujuan awal aksi demo, kemudian mereka berbondong-bondong menuju istrana presiden guna menyampaikan gugatannya.