ZONA PERANG (zonaperang.com) – “Meskipun peristiwa Yarmuk kurang dikenal saat ini, ini adalah salah satu pertempuran paling menentukan dalam sejarah manusia..”
—George F. Nafziger, Islam at war
“Karena kepemimpinannya di Yarmuk, Khalid bin Walid dianggap sebagai salah satu jenderal terbaik dalam sejarah, dan penggunaan prajurit berkuda selama pertempuran menunjukkan seberapa baik dia memahami potensi kekuatan dan kelemahan pasukan berkudanya.”
—David Nicolle, The Muslim Conquest of Syria
Salah satu kemenangan terpenting dalam sejarah umat manusia
Banyak sekali sejarawan militer yang mengatakan bahwa kemenangan Kaum Muslimin di Yarmuk adalah salah satu kemenangan terpenting dalam sejarah umat manusia. Sebab, selain fakta 36 ribu mujahid mampu mengalahkan 250 ribu tentara Romawi, ternyata Yarmuk menandai awal mula lemahnya pengaruh Romawi di Syam(Suriah, Lebanon. Palestina, Yordania)
Ketika berita tentang kekalahan Romawi di Yarmuk itu sampai ke Kaisar Heraclius di Antiokhia, ia merasa hancur dan marah. Heraclius makin frustrasi karena saat itu imperium yang dia pimpin sedang kekurangan sumber daya untuk membalas balik Umat Islam.
Sejarawan Inggris Geoffery Regan menulis, bahwa Heraclius mengadakan pertemuan dengan para penasihatnya di katedral dan mengamati situasinya. Dia diberitahu hampir dengan suara bulat dan menerima kenyataan bahwa kekalahan itu adalah keputusan Tuhan dan akibat dari dosa-dosa penduduk negeri itu, termasuk dia. (First Crusader: Byzantium’s Holy Wars)
Baca juga : Daftar Nama Besar Para Pejuang Islam Sepanjang Masa
Baca juga : 11 Agustus 1480, Kota Otranto di Italia selatan jatuh ke tangan pasukan Muhammad Al-Fatih
Pimpinan Umar bin Khattab
Saat itu Kaum Muslimin belum lama dipimpin oleh Khalifah Umar bin Khattab. Beliau meneruskan rencana Abu Bakar untuk membuka gerbang dakwah di Syam dan Persia. Salah satu kebijakan Umar yang sangat masyhur adalah menurunkan Khalid bin Walid dari jabatan panglima tertinggi dan mengangkat Abu Ubaidah bin Jarrah menggantikannya.
Meskipun Khalid dicopot dari jabatannya, beliau tetap setia dan banyak memberi masukan pada dewan panglima. Mata-mata Kaum muslimin menemukan persiapan Romawi. Waspada terhadap kemungkinan diserang dalam keadaan pasukan terpisah, Khalid mengusulkan pada dewan perang dan menyarankan Abu Ubaidah untuk menarik pasukan muslimin dari Palestina dan Suriah Utara serta Tengah untuk memusatkan seluruh tentara muslimin di satu tempat.
Abu Ubaidah memerintahkan pemusatan pasukan di dataran luas dekat daerah bernama Jabiyah, karena penguasaan wilayah itu memungkinkan serangan kavaleri. Tempat itu juga memudahkan kontak jika ada kedatangan bala bantuan dari Khalifah Umar sehingga kekuatan bersatu yang kuat dapat dikerahkan untuk melawan tentara Romawi.
Namun, begitu terkonsentrasi di Jabiyah, umat Islam menjadi sasaran serangan dari pasukan Ghassan (kabilah Arab Kristen) yang pro-Romawi. Berkemah di wilayah itu juga genting karena kekuatan Romawi yang kuat ditempatkan di Caeseara dan dapat menyerang bagian belakang Muslimin sementara mereka ditahan di depan oleh tentara Bizantium.
Komando Khalid bin Walid
Atas saran Khalid, pasukan Muslim mundur ke Dara’ah dan Dayr Ayyub, menutupi celah antara Ngarai Yarmuk dan dataran lava Harra, dan mendirikan barisan kamp di bagian timur dataran Yarmuk. Sejarawan Walter Kaegi menyebutkan bahwa “Itu adalah posisi pertahanan yang kuat, dan memudahkan manuver muslimin ke Romawi.”
Atas kesepakatan dari musyawarah, saat itu kepemimpinan utama dipusatkan di bawah komando Khalid bin Walid. Setelah mengambil alih komando, Khalid mengatur ulang tentara menjadi 36 resimen pasukan pejalan kaki dan 4 resimen pasukan berkuda, dengan elit kavalerinya, serta regu penjaga keliling. Pasukan tengah berada di bawah komando Abu Ubaidah bin Jarrah (kiri tengah) dan Shurahbil bin Hasana (kanan tengah). Sayap kiri berada di bawah komando Yazid dan sayap kanan berada di bawah Amr bin Ash.
Pertempuran besar terjadi selama 6 hari lamanya. Hingga akhirnya di tanggal 20 Agustus 636, Khalid menjalankan rencana serangan yang simpel namun berani. Dengan kekuatan pasukan berkuda yang besar, beliau bermaksud untuk mengusir pasukan berkuda Romawi sepenuhnya dari medan perang, sehingga pasukan pejalan kaki Romawi kalang kabut. Dengan demikian akan terbuka ketika diserang dari sayap dan belakang. Pada saat yang sama, beliau melakukan serangan untuk membelokkan sayap kiri tentara Bizantium dan mendorong mereka menuju jurang ke barat.
Pertempuran Yarmuk adalah salah satu pertempuran Islam terbesar, dan memiliki dampak paling besar pada gerakan penaklukan Islam era Khulafaur Rasyidin. Tentara Romawi —yang merupakan tentara terkuat di dunia pada waktu itu— menerima kekalahan yang parah, dan semangat pasukannya hilang.
Beberapa hari setelah menerima kabar kekalahan, Heraclius pergi ke pelabuhan dan menaiki kapal untuk pulang ke Konstantinopel di malam hari. Kapalnya seharusnya berlayar, dan dia mengucapkan selamat tinggal terakhir ke Suriah :
Selamat tinggal, perpisahan yang panjang untuk Suriah, wilayahku yang indah. Engkau telah dicengkeram musuh kafir sekarang. Damai sejahtera bagimu, hai Suriah—betapa indahnya negerimu bagi musuh.
(Steven Runciman, A History of the Crusades: The First Crusade)
Baca Juga : 26 Agustus 1071, Pertempuran Manzikert: Jalan Awal Utsmani Turki di Byzantium(Romawi Timur)
Baca Juga : 2 Oktober 1187, Shalahuddin Membebaskan Baitul Maqdis(Masjid Al-Aqsa) Yerusalem, Palestina.
https://www.youtube.com/watch?v=Z4pE1AdwCDk
Generasi Salahudin
.
Referensi :
1. Ayyamun Laa Tunsa, Tamir Badr
2. Kaegi, Walter Emil (1995), Byzantium and the Early Islamic Conquests, Cambridge University
3. Nafziger, George F.; Walton, Mark W. (2003), Islam at war, Greenwood Publishing Group,
4. Nicolle, David (1994), Yarmuk 636 A.D.: The Muslim Conquest of Syria, Osprey Publishing,